25 Okt 2017

Sejarah dan Pendidikan

Tulisan ini meresume dari matakuliah  
REFLEKSI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HISTORIS 

View Sejarah 
 
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Apa yang direkonstruksi adalah yang dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dan dialami oleh orang (Kuntowijoyo).
John Dewey mengatakan bahwa pendidikan adalah rekonstruksi pengalaman kita yang memberi perbaikan untuk pengalaman masa depan kita.

Kegunaan sejarah menurut Kuntowijoyo
Sejarah berguna instrinsik.
  • Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
  • Sejarah sebagai pernyataan pendapat
  • Sejarah sebagai profesi
Sejarah berguna Ekstrinsik
  • Sejarah sebagai pendidikan moral
  • Sejarah sebagai pendidikan penalaran
  • Sejarah sebagai pendidikan  politik
  • Sejarah sebagai pendidikan kebijakan. Perbedaan policy = kebijakan (pemerintah,kelompok,asosiasi,organisasi), Wisdom = kebijaksanaan (individu)
  • Sejarah sebagai pendidikan perubahan
  • Sejarah sebagai pendidikan masa depan
  • Sejarah sebagai pendidikan keindahan
  •  Sejarah sebagai ilmu bantu
  • Sejarah sebagai latar belakang
  • Sejarah sebagai rujukan
  • Sejarah sebagai  bukti
Pendekatan sejarah
  1. Sinkronis: bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa yang terbatas
  2. Diakronis : berkenaan dengan pendekatan terhadap dengan melihat perkembangan. Sepanjang waktu; bersifat historis

Memang benar kita harus meniru segala apa yang baik dari negeri manapun.Ambilah sifat-sifat dasar yang ada diseluruh dunia, yang dapat memperkembang atau memperkaya kebudayaan nasional kita. Sebaliknya rakyat kita harus berani sanggup dan mampu untuk mewujudkan bentuk sendiri, isi sendiri, irama sendiri, seperti yang layak boleh diharap-harapkan dari bangsa yang telah memasuki dunia internasional, tetapi bangsa yang berpribadi

15 Okt 2017

E-LEARNING DI SEKOLAH DASAR

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN E-LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Komposisi pengguna internet berdasarkan usia pada tahun 2016 disebutkan dalam laman https://statistik.kominfo.go.id bahwa pengguna internet usia 10 – 24 tahun sebanyak 18,40 % lebih tinggi dari pengguna internet usia 45 - 54 tahun dan 55 tahun ke atas. Sedangkan pengguna internet tertinggi adalah pada usia 35 – 44 tahun. Data ini menunjukkan bahwa pengguna internet potensial adalah usia 10 – 24 tahun usia Sekolah Dasar (SD) dan usia umur 35 – 44 tahun yaitu usia orangtua peserta didik usia orangtua anak SD. Orangtua di sekolah dasar merasakan masalah belajar anaknya semakin memuncak. Materi perkalian pembagian terdapat di kelas 2, yang dulu orangtua baru mendapatkan materi tersebut pada kelas diatasnya. Banyak orangtua merasakan materi pelajaran SD sekarang lebih susah dibanding masa sekolahnya dulu. Sumber belajar hanya LKS dengan pertanyaan yang terkadang tidak ada dalam buku teks dan catatan. Bingung dan resah seolah-olah yang membutuhkan bimbingan tidak hanya anaknya tetapi orangtua. Bagaimana cara ikut membantu belajar anaknya dengan mudah dan menyenangkan ? Sumber belajar apa yang tidak terikat dengan waktu, hemat, melibatkan guru, konselor di sekolah anaknya ?
Permasalahan belajar berupa keterbatasan ketersediaan sumber belajar, jarak, dana, dan kesempatan adalah permasalahan umum di usia 35 – 44 tahun. Mereka produktif mencari dan menjalankan fungsi kasih sayang keluarga dan pemenuhan ekonomi keluarga. Keinginan besar membantu anaknya terbatas waktunya. Hanya malam hari ketika anaknya istirahat saja padahal para guru sudah istirahat. Solusi ikut membantu anaknya dalam belajar adalah dengan menemukan sumber belajar yang siap pada jam tersebut. Sumber belajar yang melibatkan guru sekolah dan konselor didalamnya. Forum diskusi interaktif sesama orangtua wali yang lain dalam satu kelas. Terdapat materi-materi pokok, suplement atau sumber bahan ajar yang lain yang terkait.
Peserta didik sekaligus anaknya mengeluh bahwa belajar tema menjadi hal yang mombosankan karena isinya relatif sama. Materi terkesan muter-muter saja mengenai materi yang sama. Dari kelas 1 hingga kelas 2 materinya masih membahas tentang hal yang sama tetapi redaksi soalnya berubah. Dalam grup media sosial melalui handphone pernah membahas tentang ujian yang salahnya sama dengan teman yang lain. Terkadang anaknya bercerita bahwa soal pilihan ganda yang salah sama dengan teman sebangkunya. Ini membuktikan teknik pembuatan soalnya yang keliru. Yang wajar adalah apabila benarnya sama tetapi apabila yang salahnya sama berarti terjadi contek mencontek dalam pengerjaan soal dikelas.
Pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dalam praktiknya menjadi berorientasi guru. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah didesign untuk mencapai tujuan pembelajaran menjadi bias dalam praktiknya. Kelas menjadi bisu dan menegangkan. Akhirnya peserta didik menjadi enggan berangkat sekolah. Tiap pagi orangtua selalu membujuk anaknya berangkat sekolah. Orang tua tidak tahu harus mulai darimana untuk membantu anaknya sementara tugas yang lain bertambah menuntutnya untuk selalu fokus. Guru selalu mencoba dan mencoba. Penambahan jam pelajaran menjadi solusi yang sama beratnya dan menjemukan.
Belajar di SD idealnya adalah mudah dan menyenangkan. Pelibatan audio-visual dan pengalaman belajar dapat diulang tanpa letih. Murah meriah dan tidak membosankan merupakan keunggulan pembelajaran e-learning. Melalui smartphone atau komputer yang terkoneksi internet maka pembelajaran dapat dilakukan. Apabila di sekolah ada keterbatasan dana, waktu, sumber daya belajar, dan materi maka dengan e-learning dapat diatasi. Johann Heinrich Pestalozzi Pelopor pendidkan baru di Swiss Pendiri Sekolah Dasar Modern di  Burghof dan Munchenbuchsee berpendapat bahwa nilai tertinggi dalam mendidik anak adalah mengembangkan kepribadian dan kapasitas anak secara menyeluruh dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan seperti orang dewasa. Melalui metodenya, Pestalozzi menekankan pendidikan menjadi berpusat kepada anak “child-centred”, menyesuakan diri dengan kecerdasan, perasaan dan antusias yang mereka miliki.
Pembelajaran e-learning merupakan pembelajaran menggunakan perangkat elektronik dan internet. Pembelajaran ini pelaksanaanya didukung oleh peranan teknolog pendidikan sebagai ahli desain intruksional, guru sebagai ahli materi, dan praktisi teknologi informasi. E-learning sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dilengkapi dengan sarana telekomunikasi dan multimedia (grafis, audio, video) sebagai sarana penyampaian materi dan interaksi antara pengajar (guru), orang tua dan sibelajar (peserta didik).
Ahli materi (Guru), Designer Intruksional (Teknolog Pembelajaran), dan praktisi Teknologi Informasi berdiskusi untuk merumuskan blueprint tahapan pembelajaran hingga file tiap pertemuannya. Sumber daya pembelajaran berupa materi yang dikemas dalam power point yang menarik, link website yang sesuai dengan topik pembelajaran, beberapa kuis sebagai latihan yang diseting sesuai kebutuhan, chat yang interaktif dan evaluasi. Kuis dapat disetting menjadi stufle (artinya peserta didik meskipun duduk bersebelahan maka urutan jawaban ataupun soalnya akan berbeda) sehingga kesempatan berbuat curang bisa diminimalisir. Atau disetting dengan menggunakan waktu dan durasi. Peserta didik hanya bisa membuka soal ketika tanggal dan jam yang sudah disetting sebelumnya.
Guru akan memandu materi sesuai dengan tuntutan kurikulum, Teknolog pendidikan berlandaskan pada keilmuan teknologi pembelajaran. Teknologi pembelajaran memberikan solusi alternatif dari permasalahan proses belajar mengajar. Landasan ontologi timbulnya konsep teknologi pendidikan/pembelajaran antara lain: (1) adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya; (2) adanya sumber yang belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar; (3) perlu adanya usaha untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat belajar setiap orang; (4) perlunya pengelolaan sumber-sumber belajar agar bisa digunakan secara optimal untuk keperluan belajar. (Miarso, Y. 2005). Praktisi Teknologi Informasi akan membantu produksi e learning sesuai dengan arahan dari guru dan designer teknolog pendidikan.
E-learning berbeda dengan blog seperti wordpress atau blogspot. E-learning memungkinkan melakukan pengelolaan sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran dapat melalui sistem LMS (Learning Management System). LMS atau software meliputi administrasi, dokumentasi, laporan sebuah kegiatan, kegiatan belajar mengajar dan kegiatan secara online dan materi-materi pelatihan. LMS dibentuk untuk membantu pengelola pembelajaran dalam melaksanakan perannya sebagai pendukung pembelajaran. Guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran secara terarah, sehingga dapat memudahkan dan menyenangkan. (Dyah Ayu Kusumaningrum dkk, 2014). E learning sekolah dapat membuat forum orangtua melalui course khusus orangtua dengan materi pengayaan dan tips dalam mebimbing anak dalam belajar. Keterlibatan orangtua dengan materi dan pola pembelajaran kreatif akan lebih memudahkan si belajar. Interaksi permasalahan belajar dapat melalui forum ini. Admin dapat membuat laporan periodik kepada guru dan orangtua tentanga aneka persoalan yang sedang dan akan dibelajarkan. Orangtua dapat memilih waktu senggang untuk membuka e learning. Tidak perlu menunggu jawaban karena sudah bisa mandiri melakukan pembelajaran. Materi, dapat diakses meski jam 3 diihari. Kesiapan materi dapat dijamin terakses asal koneksi internet ada.  
Penerapan kurikulum 2013 akan dapat menumbuhkan kesadaran penggunaan sarana dan prasarana pendidikan dengan opimal. Majalah DIKBUD Edisi No. 01 tahun IV- Februari 2013 (diakses di http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/) menyebutkan salah satu ciri Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), bertanya, asosiasi, menyimpulkan, mengkomunikasikan. Untuk itu, seorang guru memerlukan penggunaan sarana dan prasarana pengajaran dengan baik. Termasuk dalam hal ini adalah sarapa prasana teknologi informasi yaitu internet dan komputer yang diimplementasikan melalui e-learning. Semoga keterlibatan orangtua, guru, dan praktisi pendidikan dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas dapat diwujudkan. 



DAFTAR PUSTAKA

Data Komposisi pengguna internet berdasarkan usia pada tahun 2016 https://statistik.kominfo.go.id/site/data?idtree=424&iddoc=1517

Dyah Ayu Kusumaningrum dkk. (2014). Pengembangan E-Learning Dengan Pendekatan Teori Kognitif Multimedia Pembelajaran di Jurusan TKJ SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, Volume 1 - Nomor 1, 2014. Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jitp

Majalah DIKBUD Edisi No. 01 tahun IV- Februari 2013 (diakses di http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/)

Miarso, Y. (2005). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Prenata Media.

Michael Heafford. (1967). Peztalosi. Great Britain. Ltd, Bungay, Suffole.


Heru Amrul Mu’arif dkk. (2016). Pengembangan E-Learning Berbasis Pendekatan Ilmiah pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri 5 Yogyakarta . Volume 3, No 2, Oktober 2016 (195-206) Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jitp

Lembar Kerja Menulis Hasil Penelitian (Result and Conclusion)

  1. Result (Hasil Penelitian) Tujuan: Menyajikan temuan utama secara jelas dan objektif sesuai dengan tujuan penelitian. Gaya penulisan:...