Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pendidikan. Tampilkan semua postingan

28 Sep 2025

Penulisan Introduction

 Bagian introduction merupakan pintu masuk penting dalam sebuah karya ilmiah. Di sinilah peneliti memperkenalkan latar belakang penelitian, mengapa topik tersebut penting, serta bagaimana penelitian yang dilakukan mampu menjawab permasalahan yang ada. Tanpa pengantar yang jelas, pembaca akan kesulitan memahami detail penelitian yang dijabarkan pada bagian selanjutnya. Oleh sebab itu, lembar kerja introduction hadir sebagai panduan sistematis dalam menyusun pengantar yang utuh dan meyakinkan.

Lembar kerja ini membagi struktur introduction ke dalam beberapa aspek penting. Dimulai dari background, peneliti dituntut untuk menjelaskan konteks permasalahan dan kondisi nyata di lapangan. Pertanyaan seperti “apa konteks masalah ini?” dan “dalam situasi apa masalah ini muncul?” menjadi panduan awal agar penelitian berpijak pada realitas yang dapat dipahami pembaca. Latar belakang yang kuat juga membantu menunjukkan bahwa penelitian tidak muncul begitu saja, melainkan berakar dari fenomena yang relevan.

Aspek berikutnya adalah rationale atau justification, yang menekankan pentingnya penelitian dilakukan. Pada bagian ini, peneliti perlu menjawab mengapa penelitian ini penting, siapa yang akan mendapat manfaat, serta mengapa situasi, metode, atau model yang ada harus ditingkatkan. Dengan kata lain, rationale berfungsi menunjukkan urgensi penelitian sekaligus nilai tambah yang dihasilkan. Tanpa alasan yang jelas, sebuah penelitian berisiko dianggap tidak signifikan.

Selanjutnya, terdapat problem statement yang berfungsi mengidentifikasi kesenjangan pengetahuan (research gap). Bagian ini menekankan apa yang belum diketahui, apa yang perlu diperbaiki, dan bagaimana penelitian dapat mengisi kekosongan tersebut. Setelah itu, peneliti menetapkan objectives atau tujuan penelitian, yakni langkah-langkah konkret yang akan dilakukan untuk menjawab permasalahan. Kejelasan tujuan membantu mempertegas arah penelitian sekaligus memberi batasan yang jelas terhadap ruang lingkup kajian.

Terakhir, lembar kerja introduction juga memuat aspek scope atau batasan penelitian. Peneliti diingatkan untuk menuliskan secara tegas apa saja yang tidak dibahas, apakah penelitian dibatasi pada wilayah tertentu, atau hanya fokus pada aspek tertentu dari sebuah masalah. Penegasan ruang lingkup ini tidak hanya membantu pembaca memahami batas kajian, tetapi juga menjaga fokus peneliti agar tidak melebar ke luar tujuan utama. Dengan mengikuti lembar kerja ini, penulisan introduction dapat tersusun lebih runtut, padat, dan sesuai standar akademik yang diharapkan.

Berikut link Lembar kerjanya ya Gaes
https://docs.google.com/document/d/11MiwuPzUluljnWOKpenGsIeQH4lZDNVg/edit?usp=sharing&ouid=107166720269880295044&rtpof=true&sd=true

27 Nov 2017

PROGRESSIVISME



Progresivisme dalam pendidikan Amerika bermula dari reaksi perlawanan terhadap paham formalisme dan verbalisme pendidikan tradisional. Asosiasi Pendidikan Progresif berdiri tahun 1919. Asosiasi ini beranggotakan dari sekolah swasta eksperimental dan perguruan tinggi. Pada saat itu, banyak anggota pada awalnya secara mandiri mencari pendekatan inovatif dalam pendidikan progresifnya. Mereka mencoba untuk berusaha membebaskan potensi/energi anak. Banyak dari anggota kemudian mengaitkan diri dengan filosofi pendidikan eksperimentalis Dewey.

SUMBER-SUMBER PROGRESSIVISME
Meskipun Asosiasi Pendidikan Progresif secara resmi didirikan pada awal abad ke-20, Cikal bakal pendahulunya adalah pada abad kedelapan belas yaitu abad Pencerahan. Seperti para filsuf pada zaman akal, modern progresif menekankan konsep kemajuan. Artinya, mereka percaya bahwa manusia mampu memperbaiki dan menyempurnakan lingkungannya dengan menerapkan kecerdasan manusia dan metode ilmiah untuk masalah yang muncul dalam kehidupan pribadi dan sosial. Seperti Rosseau, kaum progresif menolak gagasan tentang kebejatan manusia dan percaya bahwa manusia pada dasarnya baik hati.
Progresivisme juga berakar pada pembaruan reformasi sosial yang merupakan bagian dari gerakan progresif awal abad kedua puluh dalam politik Amerika. Sebagai gerakan sosio-politik, Progresivisme berpendapat bahwa masyarakat manusia dapat diubah dengan cara-cara politik.
Program politik Amerika seperti Woodrow Wilsons "New Freedom," Theodore Roosevelt's "New Nationalism” dan Robert La Follett'e" Ide Wisconsin" bervariasi dalam hal-hal khusus mereka, namun memiliki perhatian bersama bahwa masyarakat perusahaan yang muncul harus diperintahkan untuk berfungsi secara demokratis untuk manfaat semua orang Amerika. Para pemimpin dalam politik progresif mewakili orientasi kelas menengah untuk direformasi, ditandai dengan perubahan bertahap melalui undang-undang dan inovasi sosial damai melalui pendidikan. Progresif pendidikan Amerika juga bisa melihat pembaharu pendidikan besar Eropa Barat untuk mendapatkan inspirasi dan stimulasi
Aliran ini berakar dari semangat pembaharuan sosial pada awal abad ke 20 yakni gerakan pembaharuan politik amerika. Aliran progresif pendidikan Amerika mengacu pada pembaharuan pendidikan di Eropa Barat. Jean Jacques Rousseau, penulis Emile, menulis tentang pendidikan yang bekerja secara alami dan bebas tanpa adanya paksaan apapun. Sebagai bentuk awal dari perlawanan terhadap pendidikan sekolah tradisional dan kuno, Rousseau berpendapat bahwa anak pada dasarnya baik dan pendidikan akan menjadi sangat efektif ketika pendidikan tersebut mengikuti apa yang menjadi minat dan kebutuhan anak tersebut.
Aliran progresif juga mengacu pada pemikiran Johann Heinrich Pestalozzi, pembaharu pendidikan Swiss pada abad 19, yang menjadi dasar pemikiran Rousseau, yang menyatakan bahwa pendidikan seharusnya lebih dari pembelajaran buku, dimana merangkul kesuluruhan bagian pada anak-emosi, kecerdasan, dan tubuh anak. Pendidikan lama, menurut Pestalozzi, seharusnya dilakukan di sebuah lingkungan yang terikat secara emosional dengan anak dan memberi keamanan pada anak. Pendidikan tersebut seharusnya juga dimulai di lingkungan anak sejak dini dan melibatkan indera anak pada benda-benda di sekililingnya.
Pemikiran dari Sigmund Freud juga memiliki kontribusi terhadap pendidik progresif. Dalam menggani kasus Histeria (gangguan pada syaraf), Freud mengusut pada asal usul penyakit mental ini dari masa kanak-kanak. Orang tua yang otoriter dan lingkungan tempat tinggal anak sangat memengaruhi kasus tersebut. Kekerasan/penindasan, khususnya pada masalah seksual dapat menjadi penyebab penyakit syaraf yang dapat menganggu perkembangan anak bahkan sampai mereka dewassa.
John Dewey dan para pengikutnya, menyatakan bahwa pendidikan progresif merupakan sebuah gerakan yang tepat sebagai perkumpulan para penentang paham tradisionalisme. Kebanyakan dari mereka terinspirasi pada paham naturalis Eropa seperti Rousseau dan Pestalozzi, dari teori psikoanalisis  Freudian dan neo-Freudian,serta penganut aliran sosial politik Amerika dan juga paham John Dewey instrumentalisme pragmatik.
Aliran pendidikan progresif pada awal abad 20, beberapa ahli seperti Flora Cooke dan Carleton Washburne mengembangkan metode inovatif yang menekankan pada inisiatif anak sendiri dalam pembelajaran. Junius L. Meriam mengembangkan kurikulum yang berkaitan dengan kehidupan anak dan mengikutsertakan darmawisata, pekerjaan konstruktif, observasi, dan diskusi. Marietta Johnson, mengenalkan teori pendidikan organik Johnson yang menekankan pada kebutuhan, minat dan kegiatan anak dan memerhatikan betul pada kegiatan kreatifitas anak seperti menari, menggambar, sketsa, dll. Pengajaran formal  seperti membaca, menulis dan aritmetik dberikan ketika anak berusia 9 atau 10 tahun. Metode umum yang digunakan dalam pengajaran diskusi yang mengalir bebas pada anak.
Pada musim dingin 1918-1919, sejumlah pendidik progresif bertemu di Washington, D.C. dan membentuk Asosiasi Pendidikan Progresif, di bawah kepemimpinan Standwood Cobb. kepala Chevy Chase Country Day School. Untuk memberi kohesi pada posisi pendidikan progresif, Asosiasi menekankan prinsip-prinsip berikut: (1) pendidikan progresif harus memberikan kebebasan yang akan mendorong perkembangan dan pertumbuhan alami anak melalui kegiatan yang menumbuhkan inisiatif, kreativitas, dan ekspresi dirinya; (2) semua instruksi harus dipandu oleh kepentingan anak sendiri, dirangsang oleh kontak dengan dunia nyata; (3) Guru progresif adalah membimbing pembelajaran anak sebagai direktur kegiatan penelitian, bukan bor atau master tugas; (4) prestasi belajar siswa diukur dari segi perkembangan mental, fisik, moral, dan sosial; (5) Harus ada kerjasama yang lebih besar antara guru dan sekolah dan rumah dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan anak akan pertumbuhan dan perkembangan; (6) sekolah yang benar-benar progresif harus menjadi laboratorium dalam gagasan dan praktik pendidikan yang inovatif.

KRITIK DEWEY TERHADAP PENDIDIKAN PROGRESIF
Meskipun gagasan utama eksperimentalisme John Dewey telah ada perbaikan, posisi pendidikan progresif dapat diperjelas dengan sebuah pemeriksaan singkat tentang kritik terhadap gerakan yang terkandung dalam Pengalaman Dewey dan Pendidikan
Dewey memperingatkan bahwa kontroversi antara pendidik tradisional dan progresif cenderung merosot menjadi pernyataan baik-atau posisi. Meskipun umumnya bersimpati kepada progresivisrne. Dewey merasa bahwa banyak progresif bereaksi terhadap praktik sekolah tradisional yang telah gagal merumuskan filosofi pendidikan. Pendidikan tradisional hanya berfungsi sebagai rencana praktik-praktis pragmatis.( John Dewey. Experience and Education. 1938; New York: Collier Books, 1963)
Analisis Dewey tentang sekolah tradisional dan progresif berguna untuk mengatasi perbedaan di antara kedua institusi ini. Sekolah tradisional merupakan institusi formal yang menekankan kurikulum materi pelajaran, terdiri dari badan-badan disiplin ilmu yang terorganisir dengan baik, seperti bahasa, sejarah, matematika, dan sains. Kaum tradisionalis berpendapat bahwa sumber kebijaksanaan terletak pada warisan budaya manusia. Moral, standar, dan perilaku berasal dari tradisi dan tidak terpapar pada ujian persyaratan kontemporer. Guru tradisional menganggap kata-kata tertulis sebagai sumber kebijaksanaan, dan bergantung pada buku teks sebagai sumber pengetahuan dan pembacaan sebagai sarana untuk memunculkannya dari para siswa. Kaum tradisionalis mencoba mengisolasi sekolah dari kontroversi sosial. Menurut keyakinan mereka bahwa belajar adalah transmisi dan penguasaan tubuh pengetahuan yang diwarisi dari masa lalu, kaum tradisionalis mengabaikan kebutuhan dan minat para si belajar dan dengan sengaja mengabaikan isu sosial dan politik yang mendesak. Produk pendidikan konvensional diharapkan dapat menerima kebijaksanaan tradisional, memiliki kebiasaan dan sikap yang kondusif untuk menyesuaikan diri, dan bersikap hormat dan taat kepada otoritas.
Menurut Dewey, banyak sekali ahli progresif yang mengabaikan masa lalu dan hanya melihat apa yang ada dimasa sekarang, kebanyakan dari mereka hanya menekankan pada kegiatan yang sebenarnya tidak memiliki tujuan. Dewey menegaskan filosofi yang menurutnya sesuai adalah Demokrasi dan pendidikan. Pendidikan progresif memerlukan filosofi yang berdasar atas pengalaman, interaksi seseorang dengan lingkungannya. Pendidikan progresif yang sesungguhnya seharusnya tidak mengabaikan apa yang terjadi dimasa lampau sebaliknya dapat menggunakannya sebagai alat yang dapat membawa pada pengalaman rekonstruksi dan berlanjut. Menurut Dewey, pendidikan seharusnya berbasis pada rangkaian pengalaman yang terjadi terus menerus dari masa lampau sampai sekarang dan akan membentuk masa depan. Dewey menekankan kegiatan pada pendidikan progresif seharusnya mengarahkan pada solusi dari sebuah permasalahan, memilki tujuan dan mengandung aspek intelektual dan sosial yang berkontribusi pada tahap pertumbuhan anak.
Pendidik progresif yang sesungguhnya adalah guru yang terlatih terkait dengan kondisi internal kebutuhan pelajar, minat, tujuan, kapasitas. Kondisi objektif adalah faktor lingkungan yang meliputi sejarah, ekonomi, sosiologi. Dewey menegaskan bahwa progresivisme seharusnya bebas dari kebutaan dan romantisasi yang dibuat-buat yang terdapat pada sifat alami anak. Disamping itu, kebutuhan dan minat anak selalu dijadikan titik awal dari pembelajaran. Pendidikan progresif hendaknya mendorong pada penanaman tujuan dan rasa ingin tahu pelajar seperti yang disimpulkan Dewey dalam Experience and Education: (ada dua alternatif dalam pendidikan: yang pertama yakni penekanan pada pendidik untuk kembali pada metode intelektual dan ideal yang muncul sebelum metode saintifik berkembang. Alternatif yang kedua adalah pemanfaatan sistematik metode saintifik sebagai pola dan pengembangan kecerdasan yang ideal dan eksploitasi kemampuan anak yang melekat pada pengalaman.



WILLIAM HEARD KILPATRICK DAN METODE PROYEK
Pengakuan Dewey bahwa pendidikan progresif mengembangkan filosofi pendidikan yang menjadikan rancangan kegiatan yang mengarahkan siswa pada pengalaman, mendorong William Heard Kilpatrick yang merupakan penganut paham eksperimental dan progresif mencetuskan metode pengajaran yang menyatukan aktifitas dan tujuan. Kilpatrick mengembangkan metode proyek yang muncul untuk menggolongkan pendidikan progresif terbaik untuk para pendidik Amerika.





Penjelasan singkat tentang teori Kilpatrick mengarah pada pengembangan metode proyek yang dimanfaatkan dalam memahami gerakan progresif yang diterapkan para pendidik Amerika. Kilpatrick lahir pada tahun 1871 di White Plains, di pedesaan Georgia, putra seorang pendeta Baptis. Ia menerima pendidikan tradisional. Setelah menghadiri Mercer University, dia mengajar aljabar dan geometri di sekolah umum Blakely di negara asalnya. Sebagai guru matematika, Kilpatrick meresmikan serangkaian reformasi di kelasnya. Misalnya, dia percaya bahwa praktik yang terkait dengan kartu laporan dan nilai memusatkan perhatian pada penghargaan ekstrinsik yang tidak terkait dengan konsekuensi alami pembelajaran. Dia menghapuskan praktik tanda-tanda eksternal, yang ia rasakan mendorong egoisme di antara orang-orang yang berprestasi dan mengungkapkan rasa rendah diri pada si belajar yang lebih lambat. Dalam menumbuhkan rasa bebas di kelasnya, dia mendorong murid-muridnya untuk bekerja secara kooperatif dalam tugas mereka. Di awal karirnya sebagai guru kelas, Kilpatrick mengungkapkan sikap liberal terhadap disiplin yang kemudian akan diatur secara teoritis dan sistematis dalam metode proyek.
Pada tahun 1907, Kilpatrick melanjutkan studi di Universitas Kolombia, disana dia mengenal dan menerima paham John Dewey (Orientasi filosofi pragmatik). Kemudian, sebagai guru besar pendidikan di Teachers College, Kilpatrick menjadi penafsir terkenal Dewey. Tulisan dan ceramahnya, yang mengekspos tema yang terkait dengan filosofi eksperimentalis dan postur pendidikan progresif, menarik perhatian audiens yang besar dan baru. Sebagai dosen berbakat, Kilpatrick mampu mengklarifikasi banyak konsep teoretis Dewey yang lebih sulit. Namun, dia bukan hanya seorang yang menginterpretasikan tapi juga mengemukakan filosofi pendidikannya sendiri, Dia tidak hanya menafsirkan konsep tersebut tetapi juga menciptakan teori filosofinya sendiri yang menyatukan paham progresivisme dan eksperimentalisme yang kemudian disebut metode proyek.[1] Kebanyakan karya Kilpatrick cenderung bertemakan filosofi eksperimentalis dan pendidikan progresif.
Metode pendidikan Kilpatrick harus diinterpretasikan dalam kaitan penolakannya terhadap ketergantungan pendidikan tradisional pada program learning yang berpusat pada buku. Meskipun dia tidak anti intellectual. Terlalu sering guru mengandalkan secara eksklusif pada informasi yang terdapat dalam buku teks yang sering diatur secara mekanis, pengalaman tangan kedua. Siswa yang berhasil dalam situasi sekolah tradisional sering kali adalah orang yang memiliki kecenderungan suka kutu buku dan berhasil menghafal tapi tidak selalu dalam memahami isi yang dia baca. Karena stres pada kebapakan dan hafalan, sekolah konvensional merosot menjadi seperangkat rutinitas mekanis yang mendadak di mana guru menetapkan pelajaran dari buku teks, melatih siswa mereka di tempat penugasan, mendengarkan tanggapan tanggapan yang memo, dan kemudian mengevaluasinya di dasar ketaatan mereka terhadap formula buku teks yang tidak terpakai. Sekolah semacam itu berbahaya, menurut Kilpatrick, karena ia mendorong kreativitas individual, hal itu berkontribusi pada kebosanan, dan hal itu tidak memiliki tujuan sosial kooperatif.
Berbeda dengan sifat otoritarianisme dan hafalan dari pendidikan yang berpusat pada buku tradisional, Kilpatrick merancang metode proyek, yang dirancang untuk menguraikan progresivisme konstruktif di penelitian eksperimental. Dalam metode proyek, siswa didorong untuk memilih, merencanakan, mengarahkan, dan melaksanakan pekerjaan mereka dalam kegiatan, atau proyek, yang dapat menghasilkan usaha yang bertujuan oleh siswa. Dalam rumusan teoritisnya, proyek ini merupakan mode pemecahan masalah. Dimana siswa dapat bekerja secara individual maupun kelompok dalam merumuskan masalah yang mereka alami dan kemudian kesuksesan pengajaran ini dapat dilihat dari solusi/penyelesaian masalah yang didapat siswa. Tindakan yang dihasilkan dari perencanaan yang direncanakan akan memenuhi uji pragmatik dan akan dinilai berdasarkan akibat yang dihasilkannya.
Kilpatrick merekomendasikan agar kurikulum sekolah diatur dalam empat kelas utama proyek. (1) dalam proyek kreatif atau membangun terdapat rancangan teoritis yang kuat pada bentuk eksternal. Misalnya siswa dibebaskan untuk menulis dan menampilkan drama, mereka akan menulis naskah, memilih peran, sampai pada menampilkannya. Atau proyek kreatif mungkin benar-benar melibatkan disain cetak biru untuk perpustakaan. Tes akan merusak Konstruksi perpustakaan dari rencana yang dibuat oleh para siswa. (2) Proyek penghargaan atau kesenangan dirancang untuk berkontribusi pada pengembangan pengalaman alami. Membaca sebuah novel, melihat sebuah film, atau mendengarkan sebuah simfoni adalah contoh proyek yang akan menghasilkan kepuasan dan penghargaan estetika. (3) Proyek masalah adalah masalah dimana siswa terlibat dalam penyelesaian kesulitan intelektual. Masalah seperti resolusi diskriminasi rasial, peningkatan kualitas lingkungan, atau pengorganisasian fasilitas rekreasi adalah masalah sosial yang menuntut penyelidikan intelektual yang disiplin. (4) Proyek pembelajaran khusus melibatkan perolehan keterampilan atau bidang pengetahuan. Belajar mengetik, berenang, berdansa, membaca, atau menulis adalah contoh dari perolehan keterampilan tertentu.
Metode proyek Kilpatrick harus ditafsirkan dalam kaitan dengan konsekuensi sosial yang diajukannya dan juga tujuan pendidikannya yang ketat. Metode proyek memiliki tujuan pendidikan, seperti peningkatan kompetensi kreatif, konstruktif, apresiatif, intelektual, dan keterampilan. Rendahnya perolehan kompetensi hanyalah bagian dari rencana reformasi pendidikan. Kilpatrick percaya, begitu pula Dewey, bahwa pendidikan sebagai kegiatan sosial adalah produk dari hubungan manusia dan saling berbagi. Dalam masyarakat bebas, metode demokratis untuk berdiskusi damai, berdebat, memutuskan, dan bertindak menghalangi orang-orang untuk menggunakan metode penyelidikan terbuka dan inquiry. Kilpatrick percaya bahwa metode proyek cocok untuk kerja kelompok, sehingga siswa dapat secara kooperatif mengejar masalah umum dan berbagi dalam penyelidikan asosiatif sebagai inti proses demokrasi.
Produk Kilpatrick sebagai hasil program pendidikan adalah demokrasi pria atau wanita. Orang seperti itu akan memiliki pengalaman eksperimental yang mau menguji tradisi, nilai, dan kepercayaan yang diturunkan melalui saling berbagi dan memecahkan masalah dalam metode proyek. Siswa belajar menggunakan metode diskusi terbuka yang demokratis, pertimbangan pemikiran yang cermat, pengambilan keputusan yang menghormati hak mayoritas dan minoritas, dan tindakan yang menghasilkan perubahan sosial yang damai. Model warga negara demokratis Kilpatrick sangat mirip dengan yang dipikirkan oleh progresif kelas bahasa dalam politik dan pendidikan. Dia akan menggunakan metodologi demokratis dan mengharapkan lawan-lawannya menggunakan prosedur yang sama. Sebagai orang yang rekonstruktif, pria dan wanita yang terdidik secara progresif akan menyadari bahwa institusi sosial adalah ciptaan kecerdasan manusia dan dapat diperbaharui secara periodik kapan pun dibutuhkannya. Warga negara demokratis akan terbuka terhadap penggunaan metode ilmiah dan akan membuang aspek teologis, metafisik, politik, dan ekonomi sebagai hambatan dogmatis yang menghambat penyelidikan manusia terhadap kondisi kehidupan. Yang terpenting, Kilpatrick ingin mendidik individu-individu yang saling terkait dalam kerangka umum nilai-nilai demokrasi. Model pembelajaran warga negara demokratis yang dikembangkan Kilpatrick yang juga dianut oleh paham progresif yang menitik beratkan pendidikan dan politik, diharapkan dapat membentuk siswa menjadi generasi demokratis yang mampu mengaplikasikan metode saintifik  dalam kehidupan mereka.

GURU/PENDIDIK PROGRESIF

Pendidikan progresif menuntut seorang guru yang berbeda sekolah tradisional dalam watak, latihan, dan teknik. Meskipun guru progresif perlu beralasan dengan baik dalam isi dan metode penyelidikan terkait disiplin akademis seperti sejarah, sains, matematika, dan bahasa. Pembelajaran di kelas progresif memerlukan lebih dari sekadar penyajian materi kronologis atau sistematis. disiplin belajar yang bervariasi. Metode proyek Kilpatrick dan pendekatan progresif umum bersifat interdisipliner. Masalah tidak secara khusus berada dalam kerangka berbagai disiplin ilmu, namun justru memotongnya dan meminjam dari beberapa disiplin ilmu. Karena kelas progresif berorientasi pada kegiatan yang bertujuan agar guru progresif perlu mengetahui bagaimana merangsang siswa agar memulai, merencanakan, dan meneruskan proyek mereka. Pola dasar pembelajaran Progressívism dipusatkan pada kelompok peserta, guru perlu mengetahui bagaimana menggunakan proses kelompok.
Tantangan yang paling sulit untuk pendidik progresif adalah bagaimana mereka mampu berperan sebagai pembimbing dan bukan sebagai pusat pembelajaran. Mereka bukanlah orang yang mendominasi kegiatan kelas akan tetapi lebih kepada peran mereka untuk bisa membuat mental belajar berpusat pada siswa itu sendiri. Lebih tepatnya, guru sebagai pembimbing untuk siswa dapat berdiskusi, berencana, dan penentuan pembelajaran.

 KESIMPULAN

Pendidikan Proressive kemudian merupakan pendidikan Amerika yang luas dan juga sikap yang menyerukan pembebasan anak dari ikatan tradisi yang menekankan hafalan, pembacaan pelajaran, dan otoritas teks. Progresif berusaha mengembangkan mode organisasi kurikuler. Metode ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) berpusat pada anak sebagai peserta didik dari pada pelajaran; 2) menekankan pada kegiatan dan pengalamn daripada pengetahuan dan kemampuan; dan 3) dorongan untuk membentuk pola pembelajaran kelompok yang kooperatif bukan kompetisi individual siswa. Dengan kata lain, progresivisme cenderung menggunakan metode demokratis yang memengaruhi masyarakat dan pembaharuan kewarganegaraan.




Wiliam Heard Kilpatrick
Wiliam Heard Kilpatrick (1871-1965) lahir di kota pertanian kecil di White Plains, Georgia. Kilpatrick pertama kali bertemu John Dewey tahun 1898, ketika menghadiri sesi musim panas di Universitas Chicago. Di Kolombia, Kilpatrick menjadi murid kesenangan John dewey dan menterjemahkan percobaan ke dalam metode pendidikan. Sebagai seorang guru besar terkenal di kampus keguruan, Kilpatrick menarik ribuan pengajar kelas dan pengelola sekolah dalam filasafat pendidikan. Termasuk di antara barisan pengajar yang progresif, Kilpatrick mengembangkan proyek metode mengajar, yang mana berhubungan dengan kegiatan kurikulum.
Yang termasuk buku-buku Kilpatrick: Froebels’s Kindergarten, Principles Critically Examined (1916), Foundations of Method (1925), Education for Changing Civilization (1926),Education and the Social Crisis (1932), Educational Frontier (1933), Educational for a Democracy (1940), and Philosophy of Education (1951).
Sepanjang karirnya, Wiliam Kilpatrick mempertahankan pendidikan progresif dengan baik. Metode rancangannya dan teori yang mendukungnya adalah perpaduan dari  kedua filsafat pragmatis dan praktek progresif. Dalam mengikuti pemilihan, Kilpatrick menjelaskan metode rancangannya.

Metode Proyek
Kata’ rancangan’ mungkin  muncul terakhir untuk mengetuk pintu masuk dalam istilah pendidikan. Akankah kita menemukan keganjilan? Tidak bijaksana hingga dua pertanyaan  pertama yang harus dijawab untuk menyetujuinya: Pertama, apakah di belakang sana  megusulkan istilah dan menunggu sampai sekarang untuk pembabtisan gagasan atau konsep yang benar dan menjanjikan untuk menyumbangkan pelayanan yang cukup besar dalam pemikiran pendidikan? Kedua, jika kita mengabulkan pertanyaan sebelumnya, apakah istilah ‘rancangan’ ... Karena pertanyaan sebagai konsep dan keberhargaannya adalah begitu berarti daripada persoalan nama belaka, diskusi ini akan terjadi hampir semata-mata dengan yang pertama dari dua penyelidikan.
Saya tidak menemukan istilah dan tidak memulai pada karir pendidikan. Memang saya tidak tahu berapa lama sudah digunakan. Namun kata yang sesuai untuk menunjuk unit kehidupan khas yang layak di atas. Orang lain yang menggunakan istilah mekanik dan parsial secara umum ,saya akan mencoba untuk mendefinisikan lebih tepat. Tujuan artikel ini adalah untuk mencoba menjelaskan konsep yang mendasari istilah sebanyak itu, untuk mempertahankan klaim konsep dalam pemikiran pendidikan kita. Terminologi yang sebenarnya yang menunjuk konsep ini, seperti yang dikatakan sebelumnya, pikiran saya soal momen relatif kecil. Jika kita berpikir tentang proyek, sesuatu yang di proyeksikan dan alasan untuk adopsi mungkin lebih baik muncul.
Lebih lanjut presentasi yang sistematis dari masalah ini, mari kita melihat lebih konkret apa yang diatur dalam proyek jangka atau bertindak tujuan baru? Misalkan seorang gadis membuat gaun. jika ia melakukannya dalam dengan tujuan busana yang baru untuk membuat gaun itu, jika dia merencanakannya, dia berhasil, maka saya harus mengatakan contoh adalah proyek yang khas. Kami memiliki tujuan sepenuh hati yang dilakukan di tengah lingkungan sosial. Bahwa penjahit itu mempunyai tujuan yang jelas; tujuan yang terbentuk didominasi dari setiap langkah kesuksesan dalam proses dan membentuk satu kesatuan. Bahwa gadis itu sepenuh hati dalam pekerjaan yakin dalam ilustrasi. Bahwa aktivitas berjalan dalam lingkungan sosial jelas; gadis-gadis lain setidaknya adalah untuk melihat gaun itu.
Sebagai contoh lain, misalkan anak laki-laki menyanggupi untuk menerbitkan koran sekolah. Jika dia sungguh-sungguh tentang hal itu, dia memiliki tujuan efektif yang menjadi esensi dari proyek. Jadi kami mungkin contoh murid menulis surat (jika tujuan hangat hadir), anak mendengarkan cerita, newton menjelaskan gerakan bulan pada prinsip-prinsip dinamika terestrial, Demosthenes mencoba untuk membangkitkan orang Yunani terhadap philip, da vinci lukisan super terakhir, saya menulis artikel ini, pemecahan dengan anak merasa tujuan asli dalam geometri. Semua hal tersebut merupakan tindakan pemaknaan individu, tapi ini bukan untuk menyingkirkan proyek kelompok: kelas menyajikan drama, sekelompok anak laki-laki mengatur basis-bola sembilan, tiga murid mempersiapkan diri untuk membacakan cerita untuk rekan-rekan mereka.
Proyek itu dalam berbagai keperluan dapat hadir dalam kehidupan. Hal ini jelas bahwa, deskripsi fakta lahiriah yang diamati mungkin tidak mengungkapkan faktor penting, yaitu adanya tujuan untuk mendominasi. Hal ini juga benar bahwa, proyek bisa ada setiap tingkat sesuai dengan tujuan yang bervariasi. Jika kita membayangkan kegiatan tersebut pada skala yang dilakukan di bawah paksaan hingga mereka menjadi salah satu yang menempatkan 'sepenuh hati' nya argumen di sini yang dibuat untuk membatasi 'proyek' istilah atau tindakan. Sebuah garis pemisah yang tepat sulit untuk menggambarkan, dan memang hasilnya penting untuk gagasan bahwa nilai psikologis meningkat dengan tingkat pendekatan untuk 'wholeheartedness'.
Seperti elemen lingkungan sosial, beberapa mungkin merasa bahwa, ini adalah untuk pengalaman edukatif sepenuhnya, masih tidak penting untuk konsepsi tindakan terarah seperti yang disajikan. Oleh karena itu ini mungkin ingin meninggalkan unsur dari diskusi. Untuk ini saya tidak keberatan jika itu dipahami sebagai konsep yang dihasilkan, sekarang essentialy psikologis dalam karakter, secara umum, menuntut situasi sosial baik untuk kerja praktis dan untuk valution komparatif proyek.
Dengan pengenalan secara umum ini, kita dapat mengatakan bahwa, tindakan terarah adalah unit khas untuk dapat hidup layak. Bukan berarti semua tujuan yang baik, tapi itu kehidupan yang layak terdiri dari aktivitas purposive dan tidak hanya drifting. Kami mencemooh orang yang pasif, menerima apa nasib atau beberapa kesempatan lain yang membawa kepadanya. Kami mengagumi pria yang menguasai nasibnya, yang berkaitan dengan sengaja untuk situasi keseluruhan membentuk tujuan yang jelas dan memancang jauh ke depan, yang berencana dan mengeksekusi dengan perawatan yang baik sehingga tujuan dapat terbentuk.
Seorang pria biasa yang mengatur hidupnya dengan mengacu tujuan sosial yang layak bertemu sekaligus tuntutan untuk efisiensi praktis sehingga muncul tanggung jawab moral. Hal itu untuk kepentingan sistem yg tidak dapat diatasi dengan minimal pemaknaan mereka sendiri dan dengan maksimal penerimaan budak orang lain. Hal ini penting bagi mereka yang hanya mengikuti rencana mereka, dan melaksanakan ini sesuai dengan arah yang ditentukan. Bagi mereka yang membawa tanggung jawab dan atas hasil kerja mereka yang lain melewati penghakiman. Tidak ada rencana seperti itu untuk menganjurkan dan menghasilkan jenis kepatuhan yang diperlukan. Tapi itu adalah demokrasi yang kita merenungkan dan dengan yang kita di sini bersangkutan.
Sebagai tindakan yang bertujuan demikian, kehidupan yang layak dalam masyarakat demokratis, juga harus dibuat prosedure sekolah. Kami dari Amerika telah selama bertahun-tahun ingin pendidikan dianggap sebagai kehidupan itu sendiri dan bukan sebagai persiapan hanya untuk hidup nanti. Jika tindakan terarah dalam kehidupan yang layak, maka pendidikan dasar pada tindakan yang bertujuan untuk mengidentifikasi proses pendidikan dengan hidup layak itu sendiri. Semua pendapat untuk menempatkan pendidikan secara layak pada setiap tingkat, untuk setuju untuk mendukung ini. Kami telah mendengar bahwa "kita belajar untuk melakukan dengan melakukan" dan banyak kebijaksanaan berada di kata. Jika kehidupan layak adalah terdiri dari tindakan terarah dipilih dengan baik, apa persiapan untuk waktu yang bisa menjanjikan lebih dari sekarang, di bawah bimbingan diskriminasi, dalam membentuk dan melaksanakan tujuan yang layak? Untuk tujuan ini anak harus memiliki kesempatan untuk mencapai tujuan.
Untuk masalah tindakan dalam batas-batas seperti, ia harus bertanggung jawab. Bahwa anak mungkin maju, situasi total, semua faktor kehidupan, termasuk kawan-kawan, berbicara, jika perlu melalui guru, harus membuat penilaian selektif pada apa yang dia lakukan, menyetujui lebih baik, menolak yang buruk. Dalam arti sebenarnya diskusi hanyalah untuk mendukung anggapan bahwa pendidikan didasarkan pada tindakan yang bertujuan mempersiapkan untuk hidup sementara pada saat yang sama itu merupakan kehidupan yang layak.
Alasan yang lebih eksplisit untuk membuat tindakan terarah ditemukan dalam pemanfaatan hukum belajar yang rencana ini. Saya mengasumsikan bahwa tidak diperlukan dalam majalah ini untuk membenarkan atau bahkan menjelaskan panjang lebar hukum-hukum ini. Tindakan perilaku terdiri dari respon terhadap situasi yang ada. Respon itu mengikuti situasi tertentu karena ada sistem saraf ikatan atau koneksi bergabung dengan stimulus dari situasi dengan respon. Beberapa obligasi tersebut ikut dengan kami ke dunia, seperti, misalnya, bayi menangis (merespon) ketika ia sangat lapar (situasi bertindak sebagai stimulus). Obligasi lainnya yang diperoleh, ketika anak meminta kata untuk makanan ketika ia lapar. proses mendapatkan atau mengubah hal lainnya kita sebut dengan belajar. Laporan hati dari kondisi di mana obligasi dibangun atau diubah adalah hukum-hukum belajar. obligasi tidak selalu sama untuk bertindak: ketika saya marah, obligasi yang harus dilakukan dengan tersenyum yang jelas belum siap; obligasi lainnya mengendalikan perilaku jelek cukup siap. Hukum yang paling keprihatinan kita dalam diskusi ini adalah bahwa efek: ketika ikatan dimodifikasi bertindak, itu diperkuat atau melemah menurut kepuasan atau jengkel hasil. Psikologi pengamatan umum belum begitu sadar dari dua undang-undang tersebut karena memiliki hukum ketiga, bahwa latihan; tetapi untuk tujuan kita sekarang, pengulangan berarti aplikasi lanjutan dari hukum efek. Ketika seseorang sangat marah, kadang-kadang bahasa sehari-hari dikatakan "gila di seluruh." Frase seperti menyiratkan bahwa banyak obligasi siap untuk bertindak secara bersama berakhir, dalam hal ini, akhir mengatasi atau melakukan kerusakan pada objek kemarahan. Dalam kondisi seperti ada (a) tersedia dan di tempat kerja stok energi untuk attaing akhirnya, (b) keadaan kesiapan dalam obligasi yang berkaitan dengan aktivitas di tangan, dan (c) ketidaksiapan correltive pada bagian dari obligasi yang mungkin menggagalkan akhir dimaksud oleh set. Pembaca diminta untuk mencatat (a) bagaimana 'mengatur' menuju akhir berarti kesiapan dan tindakan obligasi yang bersangkutan dengan mengacu pada itu, (b) bagaimana akhir ini mendefinisikan sukses, (c) bagaimana kesiapan berarti kepuasan ketika keberhasilan dicapai, dan (d) bagaimana kepuasan memperkuat ikatan yang tindakan membawa kesuksesan. Fakta-fakta ini sesuai dengan generalisasi bahwa kekuatan mental manusia dan kapasitas muncul menjadi sehubungan dengan Mencapai terus-menerus ujung dituntut oleh kehidupan organisme. Kapasitas untuk 'mengatur' berarti dalam kasus pria kapasitas untuk ditentukan abd diarahkan tindakan. Tindakan tersebut berarti untuk diskusi kita tidak hanya itu (tujuan) sukses lebih cenderung menghasilkan, tapi itu lebih baik belajar berlangsung. Obligasi yang tindakan membawa kesuksesan adalah dengan kepuasan yang dihasilkan lebih tegas tetap, baik obligasi sebagai berbeda secara terpisah dipertimbangkan dan sebagai sistem obligasi bekerja bersama di bawah set. Set, kesiapan, ditentukan tindakan, keberhasilan, kepuasan, dan belajar secara inheren terhubung.
Lalu bagaimana tindakan terarah dengan memanfaatkan hukum belajar? Anak laki-laki bertujuan untuk membuat layang-layang yang akan terbang. Sejauh ini dia belum berhasil. Tujuannya jelas. Tujuan ini tapi 'mengatur' sadar dan atas keinginannya. Sebagaimana tujuannya adalah dorongan batin yang membawa anak pada dalam menghadapi hambatan dan kesulitan. Ini membawa 'kesiapan' ke sumber daya terkait dalam pengetahuan dan pemikiran. Mata dan tangan yang dibuat peringatan. Tujuan akting sebagai tujuan membimbing pemikiran anak itu. Tujuan itu untuk merenungkan hal tertentu dan mendefinisikan kesuksesan: layang-layang harus terbang atau dia memiliki kesalahan. Untuk Mencapai progresif sukses dengan mengacu tujuan bawahan membawa kepuasan pada tahap berturut-turut penyelesaian. Kepuasan secara rinci dan dalam hal keseluruhan hukum kedua belajar (efek) perbaikan beberapa obligasi yang berturut-turut mereka membawa layang-layang akhirnya sukses.
Tapi ini belum mempengaruhi tujuan pembelajaran yang dihasilkan. Misalkan kasus seekstrim dua anak laki-laki membuat layang-layang, yang satu dengan tujuan dari hati, seperti yang telah kami jelaskan, yang lain di bawah paksaan sebagai tugas yang paling tidak diinginkan. Untuk mudahnya kira nanti di bawah arah diberlakukan membuat identicial layang-layang dengan lainnya. Memanggil gerakan identicial dalam dua kasus tanggapan 'utama' dalam membuat layang-layang. Ini memberikan jenis respon yang kita dapat dan lazim yang menetapkan sebagai Tugas- minimum tereduksi eksternal untuk masalah di tangan. Setelah itu kita feasibly bisa memaksa, bahkan sampai hukuman jika kita sehingga decides.Follow tidak pemikiran dari dua anak laki-laki karena mereka membuat layang-layang mereka. Selain pemikiran tentu terlibat dalam respon 'utama', pikiran lain, sedikit atau banyak, akan datang; beberapa mungkin bahan atau proses yang terlibat penumbrae seolah-olah respon primer; lain lebih pribadi atau dengan cara komentar pada proses. The penumbrae dari primer kita sebut 'aksesori' atau tanggapan pelengkap; yang lain, 'concomitans' atau dengan produk dari aktivitas. Terminologi tidak enterely bahagia, dan garis-garis yang tepat dari divisi tidak mudah untuk menarik, tetapi perbedaan mungkin dapat membantu kita untuk melihat fungsi lebih lanjut dari tujuan.
Adapun tanggapan utama yang perlu kita lakukan sedikit lebih dari mengingat pembahasan paragraf segera sebelumnya. Faktor kondisi set proses pembelajaran. Satu set kuat bertindak melalui kepuasan yang menghadiri keberhasilan perbaikan cepat dan kuat ikatan yang membawa kesuksesan. Dalam kasus pemaksaan, namun, keadaan yang berbeda dalam memegang urusan.
Setiap set itu benar-benar ada berarti kepuasan dalam belajar. Kemudian karena kekhawatiran bahkan mekanisme paling sederhana membuat layang-layang, anak dari tujuan sepenuh hati akan muncul dengan tingkat yang lebih tinggi dari keterampilan dan pengetahuan dan pembelajaran nya akan lebih lama tinggal bersamanya.
Dalam kasus aksesori atau tanggapan perbedaannya adalah sama terlihat. Sebuah tanggapan marginal akan siap untuk maju di setiap kesempatan. Pikiran akan berubah berulang, dan setiap langkah akan terhubung dalam banyak hal dengan pengalaman lain. Unsur kepuasan akan terlihat, sehingga kompleks pemikiran akan semakin lama tetap sebagai kepemilikan mental. Tanggapan aksesori untuk pekerjaan di tangan akan sedikit jumlahnya, dan beberapa yang datang akan kekurangan unsur kepuasan untuk memperbaikinya. Dimana salah satu anak laki-laki memiliki kekayaan ide aksesori, yang lain memiliki kemiskinan. Satu anak laki-laki memandang kegiatan sekolah dengan sukacita dan keyakinan dan rencana proyek lainnya; yang lain menghitung sekolahnya membosankan dan mulai mencari tempat lain untuk ekspresi. Untuk satu guru adalah teman dan kawan; untuk yang lain, pemberi tugas dan musuh.
Sebagian besar anak-anak hidup di antara keduanya. Pertanyaannya adalah apakah kita tidak akan sadar menempatkan di hadapan kita sebagai yang ideal satu jenis kegiatan dan perkiraan itu sedekat kita bisa daripada beristirahat untuk hidup seperti sekolah-sekolah Amerika kami. Apakah kita tidak terlalu sering mengurangi subyek instruksi ke tingkat jenis ini saja? Tidak, pemeriksaan kami tes ilmiah pada waktu yang cenderung membawa kita ke arah yang sama? Berapa banyak anak-anak pada penutupan kursus tegas menutup buku dan berkata, "Terima kasih, saya melalui dengan itu!" Berapa banyak orang 'mendapatkan pendidikan dan belum benci buku dan benci berpikir?
Pikiran menyarankan pada penutupan paragraf sebelumnya dapat digeneralisasi menjadi kriteria yang lebih luas. Kekayaan hidup terlihat pada refleksi yang tergantung dalam ukuran, pada kecenderungan apa yang dilakukan seseorang untuk menyarankan dan mempersiapkan diri untuk kegiatan berikutnya. Setiap kegiatan luar fisik paling sederhana yang tidak demikian. Seperti 'terkemuka' berarti bahwa individu telah dimodifikasi sehingga ia melihat apa yang sebelum ia tidak melihat atau melakukan apa sebelum dia tidak bisa melakukan. Jika kita menerapkan kriteria ini untuk umum dari sekolah-sekolah Amerika kita mendapatkan hasil yang mengecewakan yang ditunjukkan di atas. Kita merenungkan ada skema subordinasi dari guru atau sekolah; tapi kami berarti bahwa setiap rencana prosedur pendidikan yang tidak bertujuan secara sadar dan bertubi-tubi mengamankan dan memanfaatkan pemaknaan kuat pada bagian dari murid pada dasarnya didirikan secara efektif dan tidak berbuah. Tidak ada konflik diperlukan dalam jenis antara tuntutan sosial dan kepentingan anak. Seluruh kain hidup kita kelembagaan tumbuh dari kepentingan manusia. Tidak ada anak yang normal tetapi sudah banyak kepentingan yang diinginkan secara sosial dan mampu banyak lagi. Ini adalah tugas khusus dan kesempatan guru untuk membimbing murid melalui kepentingan yang hadir dan prestasi dalam kepentingan yang lebih luas dan prestasi yang dituntut oleh kehidupan sosial yang lebih luas dari dunia.
Pertanyaan pendidikan moral secara implisit dibesarkan di paragraf sebelumnya. Apa efek pada moral? Sebuah diskusi penuh sayangnya tidak mungkin. Berbicara untuk diri saya sendiri, namun, saya mempertimbangkan kemungkinan untuk membangun karakter moral dalam rezim yang mendukung; dan sebaliknya kecenderungan menuju individualisme egois salah satu jumlah terkuat terhadap tugas kita. Karakter moral terutama urusan hubungan sosial bersama, disposisi untuk menentukan perilaku dan sikap seseorang dengan mengacu pada kesejahteraan kelompok. Ini berarti, secara psikologis, membangun ikatan stimulus dan respon sehingga ketika ide-ide tertentu hadir sebagai rangsangan tanggapan tertentu yang disetujui akan mengikuti. Kami kemudian khawatir bahwa anak-anak mendapatkan saham yang lumayan ide untuk melayani sebagai rangsangan untuk melakukan, bahwa mereka mengembangkan penilaian yang baik untuk memilih ide yang tepat dalam kasus tertentu, dan bahwa mereka telah tegas dibangun obligasi respon seperti akan membawa-sebagai pasti sebagai mungkin-perilaku yang sesuai sekali ide yang tepat telah dipilih. Dalam hal ini (tentu disederhanakan) analisis kami berharap prosedur sekolah seperti kemungkinan besar akan menghasilkan tubuh yang diperlukan ide-ide, dalam diperlukan keterampilan dalam menilai situasi moral, dan pada obligasi respon yang tepat putus-putusnya. Untuk mendapatkan ketiga dapat kita membayangkan cara yang lebih baik daripada hidup dalam lingkungan sosial yang menyediakan, di bawah pengawasan yang kompeten, untuk bersama mengatasi berbagai situasi sosial? Dalam prosedur sekolah anak-anak di sini menganjurkan hidup bersama dalam mengejar beragam tujuan, beberapa individu dicari, banyak bersama-sama. Seperti harus terjadi di pergaulan sosial, kesempatan stres moral yang akan muncul, tapi di sini-untungnya-kondisi yang mengecualikan kasus yang ekstrim dan sangat berbahaya. Di bawah mata guru terampil anak-anak sebagai masyarakat embrio akan membuat diskriminasi semakin halus seperti apa yang benar dan tepat. Ide dan penghakiman datang dengan demikian. Motif dan kesempatan muncul bersama-sama; guru memiliki tetapi untuk mengarahkan proses mengevaluasi situasi. Keberhasilan guru, jika kita percaya pada demokrasi-akan terdiri secara bertahap menghilangkan dirinya sendiri dari keberhasilan prosedur.
Mungkin juga datang lebih dekat dengan subyek adat sekolah. Mari kita mempertimbangkan klasifikasi dari berbagai jenis proyek: Tipe 1, di mana tujuannya adalah untuk mewujudkan beberapa ide atau rencana dalam bentuk eksternal, seperti membangun perahu, menulis surat, menyajikan drama; tipe 2, di mana tujuannya adalah untuk menikmati beberapa (estetika) pengalaman, seperti mendengarkan cerita, mendengar simfoni, menghargai gambar; Jenis 3, di mana tujuannya adalah untuk meluruskan beberapa kesulitan intelektual, untuk memecahkan beberapa masalah, seperti untuk mengetahui apakah atau tidak embun jatuh, untuk memastikan berapa New York outgrew Philadelphia-tipe 4, di mana tujuannya adalah untuk mendapatkan beberapa item atau tingkat keterampilan atau pengetahuan, seperti belajar menulis kelas 14 pada Skala Thorndike belajar kata kerja tidak teratur di Perancis. Hal ini sekaligus jelas bahwa pengelompokan ini lebih atau kurang tumpang tindih dan salah satu jenis dapat digunakan sebagai sarana untuk lain sebagai akhir. Ini mungkin menarik untuk dicatat bahwa dengan definisi ini metode proyek logis mencakup metode masalah sebagai kasus khusus. Nilai klasifikasi seperti itu di sini diberikan tampaknya saya untuk berbaring dalam cahaya itu harus membuang pada jenis proyek guru dapat berharap dan prosedur yang biasanya berlaku di beberapa jenis. Untuk tipe 1 langkah-langkah berikut telah diusulkan: pemaknaan, perencanaan, pelaksanaan dan menilai. Hal ini sesuai dengan teori umum di sini menganjurkan bahwa anak sejauh mungkin mengambil setiap langkah sendiri.
Tipe 2, menikmati pengalaman estetik, mungkin tampak beberapa hampir milik dalam daftar proyek. Tetapi faktor tujuan diragukan lagi memandu proses dan-aku harus berpikir-mempengaruhi pertumbuhan apresiasi. Saya memiliki, namun, belum ada langkah-langkah prosedur yang pasti untuk menunjukkan.
Tipe 3, bahwa masalah, adalah semua yang paling dikenal, karena karya Profesor Dewey dan McMurry. Langkah-langkah yang telah digunakan adalah dari analisis pemikiran Dewey. Untuk alasan ini saya sendiri takut lebih memberi penekanan.
Tipe 4, di mana tujuan berkaitan dengan item tertentu pengetahuan atau keterampilan, tampaknya menyerukan langkah-langkah yang sama seperti tipe 1, pemaknaan, perencanaan, pelaksanaan, dan menilai. Hanya di sini, perencanaan itu mungkin terbaik datang dari psikolog. Beberapa guru memang mungkin tidak sama membedakan antara proyek dan tugas, meskipun hasilnya akan sangat berbeda. Batas-batas dari artikel melarang diskusi tentang aspek penting lain dari topik: perubahan diharuskan oleh rencana ini di kamar furnitur dan peralatan, mungkin dalam arsitektur sekolah, jenis baru dari teks-buku, jenis baru dari kurikulum dan program mungkin rencana baru grading dan promosi, sebagian besar dari semua sikap berubah seperti apa yang harus berharap untuk di jalan prestasi. Kita juga dapat mempertimbangkan apa jenis prosedur berarti demokrasi di furnishing kami warga yang lebih baik, waspada, mampu berpikir dan bertindak, terlalu cerdas kritis untuk dapat dengan mudah ditipu baik oleh politisi atau dengan paten-obatan, mandiri, siap adaptasi kondisi sosial baru yang mengancam. Pertanyaan kesulitan akan sendiri memerlukan artikel terpisah: oposisi tradisi, wajib pajak; siap dan kompeten guru; tidak adanya prosedur bekerja-out; masalah administrasi dan pengawasan. Semua ini dan lebih akan cukup untuk menghancurkan gerakan yang tidak sangat beralasan.
Kesimpulannya, maka, kita dapat mengatakan bahwa anak aktif secara alami, terutama di sepanjang garis sosial. Sampai sekarang pemaksaan terlalu sering dikurangi sekolah kami untuk tujuan dan murid kami untuk egois individualis. Beberapa reaksi terpaksa menghibur bodoh dari keinginan kekanak-kanakan. Anggapan dari makalah ini adalah bahwa aktivitas tujuan sepenuh hati dalam situasi sosial sebagai unit khas prosedur sekolah adalah jaminan terbaik dari pemanfaatan kapasitas asli anak sekarang terlalu sering terbuang. Di bawah bimbingan yang tepat tujuan berarti efisiensi, tidak hanya dalam mencapai akhir diproyeksikan kegiatan segera di tangan, tapi bahkan lebih dalam mengamankan dari kegiatan pembelajaran yang berpotensi mengandung. Belajar dari semua jenis dan di semua konsekuensi yang diinginkan nya hasil terbaik dalam proporsi sebagai tujuan. Dengan anak secara alami sosial dan dengan guru terampil untuk merangsang dan membimbing pemaknaannya, kami dapat berharap bahwa jenis pembelajaran kita sebut dengan pembangunan karakter.
Rekonstruksi akibat diperlukan pada pertimbangan ini menawarkan 'proyek' yang paling memikat untuk guru yang berani mencapai tujuan.



KESIMPULAN

1)      Progresivisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberikan penekanan yang lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, hasil belajar dunia nyata, dan lebih dari itu “berbagi pengalaman di antara teman sebaya”
2)      Aliran progresif menekankan pada konsep ‘Progress’; yang menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan menyempurnakan lingkungannya dengan menerapkan kecerdasan yang dimilikinya.
3)      Pendidikan progresif merupakan sebuah gerakan yang tepat sebagai perkumpulan para penentang paham tradisionalisme. Kebanyakan dari mereka terinspirasi pada paham naturalis Eropa seperti Rousseau dan Pestalozzi
4)      Menurut Dewey, pendidikan seharusnya berbasis pada rangkaian pengalaman yang terjadi terus menerus dari masa lampau sampai sekarang dan akan membentuk masa depan
5)      Siswa yang mendapat pengajaran tradisional dan berpusat pada buku, mereka berhasil dalam mengingat materi yang ada di buku tetapi tidak memahami isi ataupun esensi dari buku tersebut
6)      Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, yang berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif
7)      Kilpatrick memandang bahwa sekolah konvensional bisa menjadi tempat yang tidak baik karena sekolah gagal mendorong siswa untuk lebih kreatif dan justru membuat siswa menjadi bosan dan mengabaikan sikap kooperatif dan interaksi sosial


Daftar Pustaka

Philosophical Alternative In Education By Gerald Lee Gutek, Loyola University of Chicago

Lembar Kerja Menulis Hasil Penelitian (Result and Conclusion)

  1. Result (Hasil Penelitian) Tujuan: Menyajikan temuan utama secara jelas dan objektif sesuai dengan tujuan penelitian. Gaya penulisan:...