28 Sep 2025

Microteaching: Laboratorium Calon Pendidik Profesional

Belajar mengajar perlu latihan,

Dimulai niat ikhlas yang utama.

Jangan menyerah meski ada kesulitan,

Guru sejati lahir dari jiwa mulia.


Microteaching atau praktik mengajar dengan skala mikro merupakan tahapan penting dalam proses pendidikan calon pendidik. Disebut mikro karena cakupannya mikro/terbatas: materi hanya sedikit, waktu singkat (10–15 menit), dan audiens terbatas (biasanya teman sekelas yang berperan sebagai siswa). Meski bersifat simulatif, microteaching menjadi jembatan antara teori perkuliahan dengan praktik nyata di kelas.

Mengapa Microteaching Penting?

Microteaching bagaikan laboratorium bagi calon pendidik. Di sinilah mereka berlatih menguasai keterampilan dasar mengajar, mengelola kelas, memanfaatkan media, serta memilih strategi yang tepat. Praktik ini juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk refleksi diri setelah mengajar, karena biasanya ada rekaman video yang bisa ditonton ulang.

Dengan demikian, microteaching bukan sekadar formalitas, melainkan wahana pembentukan profesionalisme guru.

Manfaat Microteaching

Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh mahasiswa calon guru, antara lain:

  • Melatih percaya diri dan regulasi diri saat tampil di depan kelas.

  • Mengasah keterampilan dasar mengajar.

  • Mendapatkan umpan balik dari dosen maupun teman sejawat.

  • Menyadari pentingnya persiapan, media, dan metode dalam pembelajaran.

  • Menjadi syarat kompetensi prasyarat sebelum mahasiswa terjun ke real teaching dalam program PPL atau magang kependidikan.

Keterampilan Dasar yang Harus Dikuasai

Menurut Turney (1973) dan Rusman (2013), terdapat delapan keterampilan dasar mengajar yang dilatih dalam microteaching, yaitu:

  1. Membuka pelajaran.

  2. Menutup pelajaran.

  3. Menjelaskan materi.

  4. Bertanya secara efektif.

  5. Memberi penguatan.

  6. Melakukan variasi.

  7. Membimbing diskusi kelompok kecil.

  8. Mengelola kelas.

Selain itu, menurut Kyriacou (2007), seorang guru juga perlu menguasai keterampilan generik seperti komunikasi efektif, berpikir kritis, pemecahan masalah, literasi digital, serta kolaborasi. Semua keterampilan ini menjadi bekal menghadapi dinamika kelas di abad 21.

Instrumen Penilaian Microteaching

Dosen pendamping biasanya menilai microteaching berdasarkan beberapa aspek:

  • Perencanaan pembelajaran (RPP/RKH).

  • Keterampilan membuka pelajaran dan memotivasi.

  • Kejelasan penyampaian materi.

  • Penggunaan metode serta media pembelajaran.

  • Pengelolaan kelas.

  • Penutupan pelajaran dan refleksi.

Instrumen ini berfungsi sebagai peta jalan perbaikan mahasiswa sebelum praktik mengajar yang sesungguhnya.

Media dan RPP/RKH sebagai Fondasi

Microteaching tidak hanya fokus pada performa di depan kelas, tetapi juga pada perencanaan. Mahasiswa dituntut memahami dan menyusun RPP (untuk sekolah) atau RKH (untuk PAUD). Di samping itu, mereka perlu mengembangkan media pembelajaran yang menarik, karena media bukan hanya alat bantu, tetapi juga penguat interaksi belajar.

Paradigma Abad 21: 4C dalam Microteaching

Pembelajaran masa kini tidak cukup hanya menyampaikan materi. Guru abad 21 dituntut menguasai keterampilan 4C:

  • Critical Thinking (berpikir kritis).

  • Creativity (kreativitas).

  • Collaboration (kerjasama).

  • Communication (komunikasi).

Melalui microteaching, calon guru dilatih agar pembelajaran lebih partisipatif, kolaboratif, dan berbasis teknologi.

Tantangan yang Sering Dialami Calon Guru

Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami kesulitan saat praktik microteaching, seperti:

  • Gugup hingga blank dan lupa perkataan.

  • Substansi materi kurang dikuasai.

  • Metode mengajar masih monoton.

  • Media pembelajaran tidak dipersiapkan.

  • Pengelolaan kelas kurang terarah.

Namun, tantangan tersebut wajar terjadi. Justru dari sinilah mahasiswa belajar bahwa menjadi guru bukan hanya soal menyampaikan materi, tetapi juga mengelola suasana belajar dengan bijak.

Penutup

Microteaching adalah langkah awal pembentukan ruh seorang pengajar. Dengan latihan yang berulang, niat yang ikhlas, dan bimbingan dosen, mahasiswa akan semakin siap menjadi guru profesional. Pepatah Arab mengatakan, “At-thariqotu ahammu minal maddah” (metode lebih penting daripada materi). Artinya, seorang guru tidak cukup hanya menguasai isi pelajaran, tetapi juga harus mampu menyampaikan dengan cara yang tepat.

Lembar Kerja Menulis Hasil Penelitian (Result and Conclusion)

  1. Result (Hasil Penelitian) Tujuan: Menyajikan temuan utama secara jelas dan objektif sesuai dengan tujuan penelitian. Gaya penulisan:...