18 Apr 2017

Taman Belajar & Bermain

Tren fasilitas hotspot gratis telah hadir di sekolah-sekolah. Perangkat keras yang berhubungan dengan internet dan gadget telah berubah menjadi gaya hidup dalam kalangan remaja. Pelajar/mahasiswa terbiasa mengunjungi alamat situs seiring tuntutan standar kompetensi di kampusnya.  Disatu sisi transfer pengetahuan menjadi lebih mudah.  Pelajar dapat Kapan saja karena materi siap 24 jam, dimanapun asal dapat koneksi internet, variatif (variasi materi dari bermacam-macam referensi) dan harga lebih terjangkau daripada membeli buku.
Sadar atau tidak sadar, penggunaan internet telah menjadi gaya hidup dan cara belajar siswa. Dewasa ini, terjadi perubahan dalam dunia pengajaran. Dari budaya materi apa yang akan dipelajari menjadi menjadi budaya bagaimana cara mempelajarinya. Ini membawa konsekuensi terhadap guru untuk cerdas membaca peluang. Bagaimana cara mengaktifkan siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mendalami materi, atau siswa aktif mengajukan pertanyaan untuk mengetahui lebih dalam tentang suatu materi.
Sebenarnya, salah satu modal yang belum banyak dimanfaatkan adalah interkoneksi sumber daya pendidikan. Masing-masing sumber daya pendidikan di sekolah ataupun masyarakat pendidik, Pemerintahan Lokal (RT/RW), lembaga kursus, LSM, Perguruan Tinggi, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, dan keluarga (termasuk orangtua) pasti mempunyai kelebihan. Kesadaran pemanfaatan bersama sumber daya mendidik dalam interkoneksi akan menambah daya tarik belajar siswa. Mereka dapat duduk bersama untuk saling mengisi dalam sebuah produk (media belajar), Kegiatan (pelatihan atau short course)
Mengingat, proses belajar tidak hanya terjadi di sekolah saja. Pendidikan dapat dilakukan dengan teman sebaya, orangtua, atau lembaga kursus/pengajian. Dimanapun terjadi interaksi komunikasi maka akan ada proses pembelajaran didalamnya. Kesadaran pemanfaatan interkoneksi sumber daya pendidikan adalah penting dan mendesak bagi semua pihak.
Kesadaran peran serta keluarga disekitar kita masih rendah.  Keluarga dan masyarakat lokal pada umumnya banyak belum terlibat. Padahal, kesempatan mendidik anak tersedia luar biasa dalam keluarga dan masyarakat lokal. Interkoneksi membangun kesadaran iklim belajar yang kondusif dan menstimulus anak belajar memerlukan kerjasama semua pihak.
Interkoneksi sekolah, keluarga, pemegang kebijakan masyarakat lokal/RT/RW, dan Penyedia layanan IT atau stake holder swasta lainnya yang terkait. Orangtua dengan menggunakan seluler/hand phone dapat mengecek kehadiran atau ikut memantau nilai anaknya yang sedang kuliah/sekolah. Administrasi sekolah berbasis IT memungkinkan ketersediaan ketepatan dan kecepatan data. Satu hal lain yang berkaitan dengan penyediaan hardware terjangkau sekolah/madrasah oleh pihak penyedia layanan IT yang relative sangat mahal.
Tersedianya jasa e-learning, sms gateway, presensi sidik jari bagi anak, guru dan staf, sistem manajemen dan informasi akademik, dan multimedia yang murah dan terjangkau khusus dalam dunia pendidikan. Keterlibatan tim penjaminan mutu yang independen untuk mengontrol sistem dan peraturan. Keterlibatan masyarakat lokal dengan berakar pada basis fungsi keluarga (fungsi kasih sayang, fungsi mendidik, fungsi ekonomi, fungsi kesehatan) melalui kegiatan-kegiatan jam belajar mampu menstimulus atau menciptakan iklim belajar yang kondusif, misalnya dengan menyediakan sarana pos perpustakaan dan ronda jam belajar masyarakat  dengan memantau tamu pada saat jam belajar masyarakat berlangsung. Keluarga dalam lingkup RT dapat melakukan sambung rasa dalam kegiatan jam belajar masyarakat.
Waktu belajar anak lebih banyak di keluarga dibandingkan di sekolah. Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar  Isi pada tabel tabel 25 tentang Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan untuk setiap Satuan Pendidikan per tahun (@60 menit) disebutkan untuk SD/MI/SDLB: Kelas I s.d. III adalah 516-621 jam; kelas IV s.d. VI adalah 635-709, untuk SMP/MTs/SMPLB adalah 725-811 jam. Sebagai contoh Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan untuk setiap Satuan Pendidikan per tahun untuk SMP/MTs/SMPLB yang maksimal dalam satu tahun belajar di sekolah sebanyak 811 (@60 menit) yang berarti lebih kurang setara dengan 2 bulan maka siswa belajar di luar sekolah lebih kurang 10 bulan.  Hal ini berarti kegiatan belajar paling banyak ada di luar sekolah atau saat siswa berada di masyarakat/keluarga.
Sekolah dapat berbagi dan saling membangun dengan sekolah lain. Mungkin sekolah lain unggul dalam kejelasan fiture-nya atau sekolah lain unggul dalam content maka alangkah beruntungnya terwujud lingkungan yang serba memberi dan menguntungkan. Keadaan belajar seperti ini juga akan mengajarkan siswa untuk hidup bekerjasama. Hidup saling tolong menolong dan melengkapi. Indahnya persatuan akan terasa ketika kita terhubung dalam kebaikan dengan yang lain.

Kesempatan mendidik datang berkali-kali bagi mereka yang siap untuk melakukan hal tersebut. Belajar menurut hemat penulis, esensinya adalah perubahan yang relative tetap sedangkan mengajar esensinya adalah manajemen agar terjadi perubahan sesuai targetnya. Maka interkoneksi adalah salah satu modalnya. Keterlibatan dan interkoneksi semua pihak yang terkait dalam pendidikan dapat membawa tingginya kualitas SDM Indonesia dan membawa persatuan dan kesatuan bangsa yang berkeadilan sosial. Amiin

Lembar Kerja Menulis Hasil Penelitian (Result and Conclusion)

  1. Result (Hasil Penelitian) Tujuan: Menyajikan temuan utama secara jelas dan objektif sesuai dengan tujuan penelitian. Gaya penulisan:...