25 Okt 2017

Sejarah dan Pendidikan

Tulisan ini meresume dari matakuliah  
REFLEKSI PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HISTORIS 

View Sejarah 
 
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Apa yang direkonstruksi adalah yang dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dan dialami oleh orang (Kuntowijoyo).
John Dewey mengatakan bahwa pendidikan adalah rekonstruksi pengalaman kita yang memberi perbaikan untuk pengalaman masa depan kita.

Kegunaan sejarah menurut Kuntowijoyo
Sejarah berguna instrinsik.
  • Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
  • Sejarah sebagai pernyataan pendapat
  • Sejarah sebagai profesi
Sejarah berguna Ekstrinsik
  • Sejarah sebagai pendidikan moral
  • Sejarah sebagai pendidikan penalaran
  • Sejarah sebagai pendidikan  politik
  • Sejarah sebagai pendidikan kebijakan. Perbedaan policy = kebijakan (pemerintah,kelompok,asosiasi,organisasi), Wisdom = kebijaksanaan (individu)
  • Sejarah sebagai pendidikan perubahan
  • Sejarah sebagai pendidikan masa depan
  • Sejarah sebagai pendidikan keindahan
  •  Sejarah sebagai ilmu bantu
  • Sejarah sebagai latar belakang
  • Sejarah sebagai rujukan
  • Sejarah sebagai  bukti
Pendekatan sejarah
  1. Sinkronis: bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi di suatu masa yang terbatas
  2. Diakronis : berkenaan dengan pendekatan terhadap dengan melihat perkembangan. Sepanjang waktu; bersifat historis

Memang benar kita harus meniru segala apa yang baik dari negeri manapun.Ambilah sifat-sifat dasar yang ada diseluruh dunia, yang dapat memperkembang atau memperkaya kebudayaan nasional kita. Sebaliknya rakyat kita harus berani sanggup dan mampu untuk mewujudkan bentuk sendiri, isi sendiri, irama sendiri, seperti yang layak boleh diharap-harapkan dari bangsa yang telah memasuki dunia internasional, tetapi bangsa yang berpribadi

15 Okt 2017

E-LEARNING DI SEKOLAH DASAR

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN E-LEARNING DI SEKOLAH DASAR

Komposisi pengguna internet berdasarkan usia pada tahun 2016 disebutkan dalam laman https://statistik.kominfo.go.id bahwa pengguna internet usia 10 – 24 tahun sebanyak 18,40 % lebih tinggi dari pengguna internet usia 45 - 54 tahun dan 55 tahun ke atas. Sedangkan pengguna internet tertinggi adalah pada usia 35 – 44 tahun. Data ini menunjukkan bahwa pengguna internet potensial adalah usia 10 – 24 tahun usia Sekolah Dasar (SD) dan usia umur 35 – 44 tahun yaitu usia orangtua peserta didik usia orangtua anak SD. Orangtua di sekolah dasar merasakan masalah belajar anaknya semakin memuncak. Materi perkalian pembagian terdapat di kelas 2, yang dulu orangtua baru mendapatkan materi tersebut pada kelas diatasnya. Banyak orangtua merasakan materi pelajaran SD sekarang lebih susah dibanding masa sekolahnya dulu. Sumber belajar hanya LKS dengan pertanyaan yang terkadang tidak ada dalam buku teks dan catatan. Bingung dan resah seolah-olah yang membutuhkan bimbingan tidak hanya anaknya tetapi orangtua. Bagaimana cara ikut membantu belajar anaknya dengan mudah dan menyenangkan ? Sumber belajar apa yang tidak terikat dengan waktu, hemat, melibatkan guru, konselor di sekolah anaknya ?
Permasalahan belajar berupa keterbatasan ketersediaan sumber belajar, jarak, dana, dan kesempatan adalah permasalahan umum di usia 35 – 44 tahun. Mereka produktif mencari dan menjalankan fungsi kasih sayang keluarga dan pemenuhan ekonomi keluarga. Keinginan besar membantu anaknya terbatas waktunya. Hanya malam hari ketika anaknya istirahat saja padahal para guru sudah istirahat. Solusi ikut membantu anaknya dalam belajar adalah dengan menemukan sumber belajar yang siap pada jam tersebut. Sumber belajar yang melibatkan guru sekolah dan konselor didalamnya. Forum diskusi interaktif sesama orangtua wali yang lain dalam satu kelas. Terdapat materi-materi pokok, suplement atau sumber bahan ajar yang lain yang terkait.
Peserta didik sekaligus anaknya mengeluh bahwa belajar tema menjadi hal yang mombosankan karena isinya relatif sama. Materi terkesan muter-muter saja mengenai materi yang sama. Dari kelas 1 hingga kelas 2 materinya masih membahas tentang hal yang sama tetapi redaksi soalnya berubah. Dalam grup media sosial melalui handphone pernah membahas tentang ujian yang salahnya sama dengan teman yang lain. Terkadang anaknya bercerita bahwa soal pilihan ganda yang salah sama dengan teman sebangkunya. Ini membuktikan teknik pembuatan soalnya yang keliru. Yang wajar adalah apabila benarnya sama tetapi apabila yang salahnya sama berarti terjadi contek mencontek dalam pengerjaan soal dikelas.
Pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dalam praktiknya menjadi berorientasi guru. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah didesign untuk mencapai tujuan pembelajaran menjadi bias dalam praktiknya. Kelas menjadi bisu dan menegangkan. Akhirnya peserta didik menjadi enggan berangkat sekolah. Tiap pagi orangtua selalu membujuk anaknya berangkat sekolah. Orang tua tidak tahu harus mulai darimana untuk membantu anaknya sementara tugas yang lain bertambah menuntutnya untuk selalu fokus. Guru selalu mencoba dan mencoba. Penambahan jam pelajaran menjadi solusi yang sama beratnya dan menjemukan.
Belajar di SD idealnya adalah mudah dan menyenangkan. Pelibatan audio-visual dan pengalaman belajar dapat diulang tanpa letih. Murah meriah dan tidak membosankan merupakan keunggulan pembelajaran e-learning. Melalui smartphone atau komputer yang terkoneksi internet maka pembelajaran dapat dilakukan. Apabila di sekolah ada keterbatasan dana, waktu, sumber daya belajar, dan materi maka dengan e-learning dapat diatasi. Johann Heinrich Pestalozzi Pelopor pendidkan baru di Swiss Pendiri Sekolah Dasar Modern di  Burghof dan Munchenbuchsee berpendapat bahwa nilai tertinggi dalam mendidik anak adalah mengembangkan kepribadian dan kapasitas anak secara menyeluruh dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan seperti orang dewasa. Melalui metodenya, Pestalozzi menekankan pendidikan menjadi berpusat kepada anak “child-centred”, menyesuakan diri dengan kecerdasan, perasaan dan antusias yang mereka miliki.
Pembelajaran e-learning merupakan pembelajaran menggunakan perangkat elektronik dan internet. Pembelajaran ini pelaksanaanya didukung oleh peranan teknolog pendidikan sebagai ahli desain intruksional, guru sebagai ahli materi, dan praktisi teknologi informasi. E-learning sebagai proses pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dilengkapi dengan sarana telekomunikasi dan multimedia (grafis, audio, video) sebagai sarana penyampaian materi dan interaksi antara pengajar (guru), orang tua dan sibelajar (peserta didik).
Ahli materi (Guru), Designer Intruksional (Teknolog Pembelajaran), dan praktisi Teknologi Informasi berdiskusi untuk merumuskan blueprint tahapan pembelajaran hingga file tiap pertemuannya. Sumber daya pembelajaran berupa materi yang dikemas dalam power point yang menarik, link website yang sesuai dengan topik pembelajaran, beberapa kuis sebagai latihan yang diseting sesuai kebutuhan, chat yang interaktif dan evaluasi. Kuis dapat disetting menjadi stufle (artinya peserta didik meskipun duduk bersebelahan maka urutan jawaban ataupun soalnya akan berbeda) sehingga kesempatan berbuat curang bisa diminimalisir. Atau disetting dengan menggunakan waktu dan durasi. Peserta didik hanya bisa membuka soal ketika tanggal dan jam yang sudah disetting sebelumnya.
Guru akan memandu materi sesuai dengan tuntutan kurikulum, Teknolog pendidikan berlandaskan pada keilmuan teknologi pembelajaran. Teknologi pembelajaran memberikan solusi alternatif dari permasalahan proses belajar mengajar. Landasan ontologi timbulnya konsep teknologi pendidikan/pembelajaran antara lain: (1) adanya sejumlah besar orang yang belum terpenuhi kesempatan belajarnya; (2) adanya sumber yang belum dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar; (3) perlu adanya usaha untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat belajar setiap orang; (4) perlunya pengelolaan sumber-sumber belajar agar bisa digunakan secara optimal untuk keperluan belajar. (Miarso, Y. 2005). Praktisi Teknologi Informasi akan membantu produksi e learning sesuai dengan arahan dari guru dan designer teknolog pendidikan.
E-learning berbeda dengan blog seperti wordpress atau blogspot. E-learning memungkinkan melakukan pengelolaan sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran dapat melalui sistem LMS (Learning Management System). LMS atau software meliputi administrasi, dokumentasi, laporan sebuah kegiatan, kegiatan belajar mengajar dan kegiatan secara online dan materi-materi pelatihan. LMS dibentuk untuk membantu pengelola pembelajaran dalam melaksanakan perannya sebagai pendukung pembelajaran. Guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran secara terarah, sehingga dapat memudahkan dan menyenangkan. (Dyah Ayu Kusumaningrum dkk, 2014). E learning sekolah dapat membuat forum orangtua melalui course khusus orangtua dengan materi pengayaan dan tips dalam mebimbing anak dalam belajar. Keterlibatan orangtua dengan materi dan pola pembelajaran kreatif akan lebih memudahkan si belajar. Interaksi permasalahan belajar dapat melalui forum ini. Admin dapat membuat laporan periodik kepada guru dan orangtua tentanga aneka persoalan yang sedang dan akan dibelajarkan. Orangtua dapat memilih waktu senggang untuk membuka e learning. Tidak perlu menunggu jawaban karena sudah bisa mandiri melakukan pembelajaran. Materi, dapat diakses meski jam 3 diihari. Kesiapan materi dapat dijamin terakses asal koneksi internet ada.  
Penerapan kurikulum 2013 akan dapat menumbuhkan kesadaran penggunaan sarana dan prasarana pendidikan dengan opimal. Majalah DIKBUD Edisi No. 01 tahun IV- Februari 2013 (diakses di http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/) menyebutkan salah satu ciri Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui observasi (menyimak, melihat, membaca, mendengar), bertanya, asosiasi, menyimpulkan, mengkomunikasikan. Untuk itu, seorang guru memerlukan penggunaan sarana dan prasarana pengajaran dengan baik. Termasuk dalam hal ini adalah sarapa prasana teknologi informasi yaitu internet dan komputer yang diimplementasikan melalui e-learning. Semoga keterlibatan orangtua, guru, dan praktisi pendidikan dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas dapat diwujudkan. 



DAFTAR PUSTAKA

Data Komposisi pengguna internet berdasarkan usia pada tahun 2016 https://statistik.kominfo.go.id/site/data?idtree=424&iddoc=1517

Dyah Ayu Kusumaningrum dkk. (2014). Pengembangan E-Learning Dengan Pendekatan Teori Kognitif Multimedia Pembelajaran di Jurusan TKJ SMK Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan, Volume 1 - Nomor 1, 2014. Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jitp

Majalah DIKBUD Edisi No. 01 tahun IV- Februari 2013 (diakses di http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/)

Miarso, Y. (2005). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Prenata Media.

Michael Heafford. (1967). Peztalosi. Great Britain. Ltd, Bungay, Suffole.


Heru Amrul Mu’arif dkk. (2016). Pengembangan E-Learning Berbasis Pendekatan Ilmiah pada Mata Pelajaran IPA di SMP Negeri 5 Yogyakarta . Volume 3, No 2, Oktober 2016 (195-206) Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jitp

18 Apr 2017

Taman Belajar & Bermain

Tren fasilitas hotspot gratis telah hadir di sekolah-sekolah. Perangkat keras yang berhubungan dengan internet dan gadget telah berubah menjadi gaya hidup dalam kalangan remaja. Pelajar/mahasiswa terbiasa mengunjungi alamat situs seiring tuntutan standar kompetensi di kampusnya.  Disatu sisi transfer pengetahuan menjadi lebih mudah.  Pelajar dapat Kapan saja karena materi siap 24 jam, dimanapun asal dapat koneksi internet, variatif (variasi materi dari bermacam-macam referensi) dan harga lebih terjangkau daripada membeli buku.
Sadar atau tidak sadar, penggunaan internet telah menjadi gaya hidup dan cara belajar siswa. Dewasa ini, terjadi perubahan dalam dunia pengajaran. Dari budaya materi apa yang akan dipelajari menjadi menjadi budaya bagaimana cara mempelajarinya. Ini membawa konsekuensi terhadap guru untuk cerdas membaca peluang. Bagaimana cara mengaktifkan siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mendalami materi, atau siswa aktif mengajukan pertanyaan untuk mengetahui lebih dalam tentang suatu materi.
Sebenarnya, salah satu modal yang belum banyak dimanfaatkan adalah interkoneksi sumber daya pendidikan. Masing-masing sumber daya pendidikan di sekolah ataupun masyarakat pendidik, Pemerintahan Lokal (RT/RW), lembaga kursus, LSM, Perguruan Tinggi, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, dan keluarga (termasuk orangtua) pasti mempunyai kelebihan. Kesadaran pemanfaatan bersama sumber daya mendidik dalam interkoneksi akan menambah daya tarik belajar siswa. Mereka dapat duduk bersama untuk saling mengisi dalam sebuah produk (media belajar), Kegiatan (pelatihan atau short course)
Mengingat, proses belajar tidak hanya terjadi di sekolah saja. Pendidikan dapat dilakukan dengan teman sebaya, orangtua, atau lembaga kursus/pengajian. Dimanapun terjadi interaksi komunikasi maka akan ada proses pembelajaran didalamnya. Kesadaran pemanfaatan interkoneksi sumber daya pendidikan adalah penting dan mendesak bagi semua pihak.
Kesadaran peran serta keluarga disekitar kita masih rendah.  Keluarga dan masyarakat lokal pada umumnya banyak belum terlibat. Padahal, kesempatan mendidik anak tersedia luar biasa dalam keluarga dan masyarakat lokal. Interkoneksi membangun kesadaran iklim belajar yang kondusif dan menstimulus anak belajar memerlukan kerjasama semua pihak.
Interkoneksi sekolah, keluarga, pemegang kebijakan masyarakat lokal/RT/RW, dan Penyedia layanan IT atau stake holder swasta lainnya yang terkait. Orangtua dengan menggunakan seluler/hand phone dapat mengecek kehadiran atau ikut memantau nilai anaknya yang sedang kuliah/sekolah. Administrasi sekolah berbasis IT memungkinkan ketersediaan ketepatan dan kecepatan data. Satu hal lain yang berkaitan dengan penyediaan hardware terjangkau sekolah/madrasah oleh pihak penyedia layanan IT yang relative sangat mahal.
Tersedianya jasa e-learning, sms gateway, presensi sidik jari bagi anak, guru dan staf, sistem manajemen dan informasi akademik, dan multimedia yang murah dan terjangkau khusus dalam dunia pendidikan. Keterlibatan tim penjaminan mutu yang independen untuk mengontrol sistem dan peraturan. Keterlibatan masyarakat lokal dengan berakar pada basis fungsi keluarga (fungsi kasih sayang, fungsi mendidik, fungsi ekonomi, fungsi kesehatan) melalui kegiatan-kegiatan jam belajar mampu menstimulus atau menciptakan iklim belajar yang kondusif, misalnya dengan menyediakan sarana pos perpustakaan dan ronda jam belajar masyarakat  dengan memantau tamu pada saat jam belajar masyarakat berlangsung. Keluarga dalam lingkup RT dapat melakukan sambung rasa dalam kegiatan jam belajar masyarakat.
Waktu belajar anak lebih banyak di keluarga dibandingkan di sekolah. Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar  Isi pada tabel tabel 25 tentang Beban Belajar Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan untuk setiap Satuan Pendidikan per tahun (@60 menit) disebutkan untuk SD/MI/SDLB: Kelas I s.d. III adalah 516-621 jam; kelas IV s.d. VI adalah 635-709, untuk SMP/MTs/SMPLB adalah 725-811 jam. Sebagai contoh Kegiatan Tatap Muka Keseluruhan untuk setiap Satuan Pendidikan per tahun untuk SMP/MTs/SMPLB yang maksimal dalam satu tahun belajar di sekolah sebanyak 811 (@60 menit) yang berarti lebih kurang setara dengan 2 bulan maka siswa belajar di luar sekolah lebih kurang 10 bulan.  Hal ini berarti kegiatan belajar paling banyak ada di luar sekolah atau saat siswa berada di masyarakat/keluarga.
Sekolah dapat berbagi dan saling membangun dengan sekolah lain. Mungkin sekolah lain unggul dalam kejelasan fiture-nya atau sekolah lain unggul dalam content maka alangkah beruntungnya terwujud lingkungan yang serba memberi dan menguntungkan. Keadaan belajar seperti ini juga akan mengajarkan siswa untuk hidup bekerjasama. Hidup saling tolong menolong dan melengkapi. Indahnya persatuan akan terasa ketika kita terhubung dalam kebaikan dengan yang lain.

Kesempatan mendidik datang berkali-kali bagi mereka yang siap untuk melakukan hal tersebut. Belajar menurut hemat penulis, esensinya adalah perubahan yang relative tetap sedangkan mengajar esensinya adalah manajemen agar terjadi perubahan sesuai targetnya. Maka interkoneksi adalah salah satu modalnya. Keterlibatan dan interkoneksi semua pihak yang terkait dalam pendidikan dapat membawa tingginya kualitas SDM Indonesia dan membawa persatuan dan kesatuan bangsa yang berkeadilan sosial. Amiin

Bulan Syaban

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hari demi hari kita lalui, hingga kita bertemu dengan Jum'at kembali. Sebuah hari yang agung, sayyidul ayyam, yang penuh dengan berkah dari Allah SWT. Maka keimanan yang dianugerahkannya kepada kita, ditambah dengan kesehatan yang kita miliki merupakan nikmat yang luar biasa besarnya. Terhadap segala nikmat yang dianugerahkan Allah Azza Wa Jalla, berlaku sebuah kaidah pelipatgandaan. Syaratnya: mensyukuri nikmat-nikmat itu.
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS. Ibrahim : 7)

Hari ini kita tengah berada di pertengahan bulan Syaban. Ini artinya, tidak lama lagi kita akan berjumpa dengan tamu agung, tamu istimewa yaitu; Ramadhan yang mulia.

Doa yang menyadarkan kita betapa orang-orang shalih terdahulu biasa menyambut Ramadhan jauh-jauh hari sebelumnya; bahkan ketika masih berada di bulan Rajab. Maka, semangat menyambut Ramadhan itulah yang juga harus ada dalam jiwa kita, bahwa di pertengahan syaban  ini, kita telah menyediakan ruang suka cita dalam dada kita untuk bertemu dengan Ramadhan. Dan dengan persiapan sejak bulan syaban itulah maka kemudian Ramadhan benar-benar menjadi bulan yang istimewa karena bisa dimanfaatkan dengan optimal

Lalu bagaimana bentuk penyambutan kita kepada Ramadhan, khususnya Ramadhan yang akan datang?
Bagi muslim yang ideal, menyambut Ramadhan adalah sebuah kenikmatan tersendiri, namun ia menyambutnya dengan proporsional. Dalam suka cita, ia mempersiapkan diri sebaik-baiknya sehingga bisa beramal di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya.
Ada lebih kurang empat persiapan yang kita perlukan dalam menyambut bulan Ramadhan, khususnya Ramadhan ini:

Pertama, persiapan ruhani
Persiapan ruhiyah yang kita perlukan adalah dengan cara membersihkan hati dari penyakit aqidah sehingga melahirkan niat yang ikhlas.
Allah SWT menegaskan pentingnya membersihkan hati (tazkiyatun nafs) dalam firman-Nya:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya (QS. Asy-Syams : 9)
Maka dalam waktu satu setengah bulan ke depan kita perlu melakukan evaluasi diri, muhasabah, apakah penyakit-penyakit aqidah masih bersarang dalam diri kita. Sungguh sangat rugi, jika kita susah payah beramal, namun masih ada kesyirikan yang bersemayam dalam diri kita. Tak peduli sebesar apapun amal kita, jika kita syirik, menyekutukan Allah, maka amal-amal kita tidak akan diterima.
Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al Zumar: 65)

Setelah melakukan muhasabah, selanjutnya kita bermujahadah atau bersungguh-sungguh untuk menghilangkan penyakit-penyakit itu. Alangkah indahnya saat Ramadhan tiba dan kita benar-benar dalam kondisi ikhlas menapaki hari-hari istimewa yang dibawa oleh tamu mulia itu.
Saat-saat keikhlasan bersenyawa dalam diri kita sepanjang Ramadhan merupakan saat-saat terbaik yang akan menjamin kita memperoleh ampunan Allah SWT.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
persiapan kedua dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan fikriyah.

Agar Ramadhan kita benar-benar efektif, kita perlu membekali diri dengan persiapan fikriyah. Sebelum Ramadhan tiba sebaiknya kita telah membekali diri dengan ilmu agama terutama yang terkait secara langsung dengan amaliyah di bulan Ramadhan. Tentang kewajiban puasa, keutamaan puasa, hikmah puasa, syarat dan rukun puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, serta sunnah-sunnah puasa. Juga tarawih, i'tikaf, zakat, dan sebagainya.

Inilah rahasia mengapa Imam Bukhari membuat bab khusus dalam Shahih-nya dengan judul Al-Ilmu Qabla Al-Qaul wa Al-Amal (Ilmu sebelum Ucapan dan Amal). Tanpa ilmu bagaimana kita bisa beramal selama bulan Ramadhan dengan benar ?
Pemahaman ilmu syar'i ini juga merupakan tanda kebaikan yang dikehendaki Allah terhadap seseorang. Karenanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

Barangsiapa yang dikehendaki Allah akan kebaikan maka ia difahamkan tentang (ilmu) agama(Muttafaq 'Alaih)
Persiapan ketiga dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan jasadiyah.Ramadhan membutuhkan persiapan jasadiyah yang baik. Tanpa persiapan memadai kita bisa terkaget-kaget bahkan ibadah kita tidak bisa berjalan normal. Ini karena Ramadhan menciptakan siklus keseharian yang berbeda dari bulan-bulan sebelumnya. Kita diharapkan tetap produktif dengan pekerjaan kita masing-masing meskipun dalam kondisi berpuasa. Kita juga akan melakukan ibadah dalam porsi yang lebih lama dari sebelumnya. Shalat tarawih, misalnya.

Karenanya kita perlu mempersiapkan jasadiyah kita dengan berolah raga secara teratur, menjaga kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan. Di sini, logika akal bertemu dengan keutamaan syar'i dalam hadits nabi:
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)

Persiapan keempat dalam menyambut Ramadhan adalah persiapan maliyah, persiapan harta.
Persiapan maliyah yang diperlukan dalam menyambut bulan Ramdhan bukanlah untuk membeli baju baru, menyediakan kue-kue lezat untuk Idul Fitri, dan lain-lain. Kita justru memerlukan sejumlah dana untuk memperbanyak infaq, memberi ifthar (buka puasa) orang lain dan membantu orang yang membutuhkan. Tentu saja bagi yang memiliki harta yang mencapai nishab dan haul wajib mempersiapkan zakatnya.
Jama'ah jum'at yang dirahmati Allah,
Salah satu tuntunan Allah SWT adalah mensegarakan amal kebaikan dan upaya mendapatkan ampunan. Sebagaimana firman-Nya:

Dan bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga-Nya yang luasnya seluas langit dan bumi; disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Ali Imran : 133)
Maka demikian pula kita mensegerakan diri dalam menyambut Ramadhan dengan persiapan ruhiyah, fikriyah, jasadiyah dan maaliyah kita.
Semoga dengan upaya kita mempersiapkan diri dalam menyambut Ramadhan tahun ini, Allah SWT berkenan mempertemukan kita dengan Ramadhan, lalu memberikan taufiq kepada kita untuk mendapatkan keberkahan Ramadhan itu. Selama sebulan penuh kita beramal di bulan suci lagi mulia itu, disertai dengan rahmat dan ampunan Allah SWT, hingga menjadikan kita diridhai-Nya.

Teori Belajar Kognitif dan Aplikasinya

A.       Pendahuluan
Sejarah telah mencatat kemajuan suatu bangsa akan ditentukan oleh kemajuan sistem pendidikan negara tersebut. Pendidikan merupakan tugas Negara yang teramat penting. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia, tentu akan mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci. Pintu kesuksesan akan segera terbuka ketika negara tersebut mempunyai kunci yang baik.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang mempunyai komitmen tinggi menjadi Negara yang maju. Oleh karena itu pendidikan adalah yang teramat penting bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi yang teramat disayangkan Sistem pendidikan di Indonesia masih belum menunjukan hasil kerja yang baik. Cara dan sistem pendidikan yang ada sering menjadi sasaran kritik dan kecaman karena seluruh daya guna sistem pendidikan tersebut diragukan. Oleh karena itu pembenahan sistem pendidikan di Indonesia adalah kebutuhan yang harus segera direalisasikan.
Salah satu bagian dari sistem pendiidkan adalah persoalan belajar. Belajar adalah sebuah usaha untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, tingkah laku dan semua perbuatan manusia. Pyle mendefnisikan belajar sebagai suatu proses berubahnya tingkah laku tertentu yang secara relative permanent (Mukminan, 1998). Sedangkan Gagne menyampaikan disamping permanent, perubahan tingkah laku tersebut hendaknya bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan fisik, dan juga bukan karena perubahan kondisi fisik yang temporer sifatnya (Mukminan, 1998).
Secara konvesional dikenal adanya dua pendekatan yang terkenal dalam belajar manusia, yakni orientasi behavioristik yang elementaristik dan orientasi fenomenologik yang melahirkan teori konstruktivistik yang holistik. Perbedaan orientasi dalam memandang cara belajar manusia inilah yang akhirnya melahirkan sejumlah teori belajar, diantaranya adalah teori belajar kognitif.


B.       Teori Kognitif
Teori kognitif menekankan belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang tampak. Teori Kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah. Teori kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan factor-faktor lain. (C. Asri Budiningsih, 2003). Dalam praktik pembelajaran teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-remusan seperti, “Tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh J. Piaget, Advance organizer dari Ausubel, dan pemahaman konsep dari Burner (Suciati, 1993).
PIAGET
BURNER
AUSUBEL
·      Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap perkembangan tertentu sesuai dengan umur mahasiswa
·      Proses belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara kita mengatur materi pelajaran, dan bukan ditentukan oleh umur mahaiswa
·      Proses belajar terjadi bila siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dia miliki dengan pengetahuan yang baru
·      Proses belajar terjadi melalui taha-tahap:
·      Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap :
·      Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap :
o    Asimilasi (proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur kognitif mahasiswa).
o    Enaktif (aktivitas mahasiswa untuk memahami lingkungan).
o    Memperhatikan stimulus yang diberikan
o    Akomodasi (proses penyesuaian struktur kognitif mahaiswa dengan pengetahuan baru).
o    Ikonik (mahasiswa melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal).
o    Memahami makna stimulus
o    Equilibrasi (proses penyeimbangan mental setelah terjadi proses asimilasi/ akomodasi).
o    Simbolik (mahasiswa memahami gagasan-gagasan abstrak).
o    Menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah difahami
·      Contoh asimilasi dan akomodasi adalah seperti berikut. Misalnya seorang mahasiswa telah memiliki pengetahuan tentang perbuatan baik dan buruk. Kemudian, gurunya memberi pelajaran baru tentang perbuatan baik dan buruk menurut falsafah Pancasila. Maka proses penyesuaian materi baru terhadap pengetahuan yang sudah dimiliki si mahasiswa itulah yang disebut “asimilasi”. Jika proses ini dibalik, yakni pengetahuan si mahasiswa di sesuaikan kepada materi baru, maka proses ini disebut sebagai “akomodasi”
·      Pada tahap enaktif, seorang mahasiswa melakukan observasi dengan cara mengalami secara langsung satu realitas. Pada tahap ikonik, mahasiswa melakukan observasi terhadap terhadap suatu realitas, tetapi tidak dengan secara langsung mengalami, ia cukup melakukannya melalui sumber-sumber sekunder ” seperti tulisan atau gambar-gambar. Pada tahap simbolik, mahasiswa membuat abstraksi berupa teori-teori, penafsiran, analisis, dan sebagainya, terhadap realitas yang telah di amati dan alami
·       
·      Selama proses asimlasi dan akomodasi terjadi, diyakini adanya perubahan stuktur kognitif dalam benak mahasiswa. Proses perubahan ini suatu saat harus berhenti. Untuk mencapai saat berhenti inilah dibutuhkan proses “equilibrasi (penyeimbangan). Jika proses equiibrasi ini berhasil dengan baik maka terbentuklah suatu struktur kogninif yang baru dalam diri si mahasiswa, yakni penyatuan yang harmonis antara pengetahuan lama dan pengetahuan baru.
·       
·       
C.       Aplikasi Dalam Pendidikan
1.       Teori Perkembangan Piaget
Teori Piaget dalam aplikasi praktisnya sangat mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Menurut teori Piaget, hanya dengan mengaktifkan siiswa, maka proses asimilasi/akomodsi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. Secara umum, pengaplikasian teori Piaget biasanya mengikuti pola berikut ini :
1.    Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2.    Memilih materi pelajaran
3.    Menentukan topik-topik yang mungkin dipelajari secara aktif oleh siswa (dengan bimbingan minimum dari guru).
4.    Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik-topik yang akan dipelajari oleh siswa (Kegiatan belajar ini biasanya berbentuk eksperimentasi, problem solving, roleplay).
5.    Mempersiapkan berbagai pertanyaan yang dapat memacu kreativitas siswa untuk berdiskusi atau bertanya.
6.    Mengevaluasi proses dan hasil belajar.


2.       Teori Bermakna Ausubel
Teori Ausubel dalam aplikasinya menuntut siswa belajar secara deduktif (dari umum ke khusus). Hal lain yang membedakan, Burner lebih mementingkan struktur disiplin ilmu. Ausubel lebih menekankan pada aspek struktur kognitif siswa.
Satu konsep penting dalam teori Ausubel adalah “Advance Organizer” (AO). AO adalah suatu gambaran singkat (bersifat visual atau verbal) yang mencakup isi pelajaran barau yang akan dipelajari siswa. AO berfungsi sebagai (1) kerangka konseptual yang menjadi titik tolak proses belajar yang akan berlangsung; (2) penghubung antara ilmu pengetahuan yang saat ini dikuasai siswa dengan ilmu baru yang akan dipelajari; (3) fasilitator yang membantu mempermudah proses belajar siswa. Secara umum, teori Ausubel dalam praktik adalah sebagai berikut :
1.    Menentukan tujuan-tujuan instruksional.
2.    Mengukur kesiapan siswa (minat, kemampuan, struktur kognitif), baik melalui tes awal, interview, review, pertanyaan, dan lain-lain.
3.    Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci.
4.    Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai siswa dari materi tersebut.
5.    Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari.
6.    Membuat dan menggunakan “advance organizer”, paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja diberikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukan relevansi (keterkaitan) materi yang sudah diberikan itu dengan materi baru yang akan diberikan.
7.    Mengajari siswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan, dengan memberi focus pada hubungan yang terjalin antara konsep-konsep yang ada.
8.    Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

3.       Teori Kogninif Bruner
Teori Bruner dalam aplikasi praktisnya sangat membebaskan siswa untuk belajar sendiri. Karena itulah teori Bruner ini dianggap sangat cenderung bersifat “discovery” (belajar dengan cara menemukan). Di samping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-pengulangan, maka desain yang berulang-ulang itu lazim disebut sebagai “kurikulum spiral Bruner”.
Secara singkat kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi perkuliahan setahap demi setahap, dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana suatu materi yang sebelumnya sudah diberikan, suatu saat muncul kembali, secara terintegrasi, dialam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya berulang-berulang, sehingga tak terasa mahasiswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh. Secara umum teori Bruner ini bila diaplikasikan biasanya mengikuti pola sebagai berikut :
1.    Menentukan tujuan-tujuan instruksional.
2.    Memilih materi pelajaran.
3.    Menentukan topik-topik yang bias dipelajari secara induktif oleh mahasiswa.
4.    Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi, dsb. yang dapat digunakan mahasiswa untuk belajar.
5.    Mengatur topik-topik pelajaran sedemikian rupa sehingga urutan topic itu bergerak dari yang paling  konkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari tahap enaktif, ikonik, sampai ke tahap simbolik, dan seterusnya.
6.    Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

D.       Kritik
Teori kognitif sering dikritik sebagai lebih dekat kepada psikologi daripada kepada teori belajar, sehingga aplikasinya dalam proses belajar-mengajar tidaklah mudah. Teori ini juga dianggap sukar dipraktikan secara murni sebab seringkali kita tidak mungkin memahami “struktur kognitif” yang ada dalam benak setiap peserta didik, apalagi memilah-milah struktur kogninif tersebut menjadi bagian-bagian yang diskrit (jelas batas-batasnya).
Pada tahap lanjut (advanced), seringkali tidak mudah memahami dan mengidentifikasi pengetahuan yang sudah ada dalam benak mahasiswa. Seringkali pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki peserta didik itu sudah terlalu kompleks untuk diidentifikasi secara tuntas, apalagi hanya dengan menggunakan satu-dua pre test.
DAFTAR PUSTAKA

C. Asri Budingsih (2003), Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Gordon H Bower, Theori Of Learning. Both of Stanfordc University

Mukminan (1998), Belajar dan Pembelajaran.  Yogyakarta : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta.

Suciati (1993), Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta : Pusat Antar Universitas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.



Lembar Kerja Menulis Hasil Penelitian (Result and Conclusion)

  1. Result (Hasil Penelitian) Tujuan: Menyajikan temuan utama secara jelas dan objektif sesuai dengan tujuan penelitian. Gaya penulisan:...